Selasa, 21 September 2010

BAB XV STANDAR OPERASI PROSEDUR ( SOP ) STASIUN WATER TREATMENT

Garis panduan standart operasi prosedur stasiun water treatment

Persiapan untuk start process harus mengontrol seluruh stasiun water treatment seperti :

1. Stasiun Raw Water
a) Keadaan water intake bersih dan lancar.
b) Waduk dalam keadaan bersih
c) Keluarkan benda – benda asing dari dalam water intake dan waduk.
d) Raw water pump dalam keadaan baik.
e) Buka valve outlet raw water untuk pompa yang akan di operasikan.
f) Switch raw water pump yang akan di operasikan harus pada posisi ON.

2. Stasiun Water Treatment
a) Clarifier tank harus keadaan baik
b) Air dalam keadaan jernih.
c) Floc dalam keadaan terikat dan jangan sampai pecah.
d) Lubang Nozzle pada header harus dalam keadaan bersih dan jangan sampai tersumbat.
e) Keadaan air di bak harus jernih.
f) Keluarkan benda – benda asing dari dalam bak.
g) Valve drain harus dalam keadaan tertutup.
h) Clean water pump dalam keadaan baik.
i) Kedudukan pompa dan electromotor dalam keadaan baik.
j) Valve clean water pump harus dalam keadaan baik dan berfungsi.
k) Sand filter dalam keadaan baik.
l) Posisi valve inlet dan outlet harus posisi terbuka.
m) Tanki chemical harus dalam keadaan baik dan tidak bocor.
n) Check level chemical
o) Check pompa chemical dalam keadaan baik.
p) Panel harus dalam keadaan bersih dan rapi.
q) Tidak ada benda- benda asing didalam panel.
r) Semua parameter harus berfungsi dengan baik
s) Domestik water pump harus dalam keadaan baik dan berfungsi.
t) Check kedudukan pompa electromotor harus dalam keadaan baik.
u) Check valve inlet dan outlet domestic water pump yang di operasikan dalam posisi terbuka.
v) Tower clean water tank harus dalam keadaan baik dan tidak bocor.
w) Check float level harus dalam keadaan baik dan berfungsi.

3. Start pengoperasian
a) Start clean water pump bila stock air di tower clean water tank levelnya sudah setengah tanki secara auto.
b) Start chemical dosing pump bersamaan dengan start raw water pump.
c) Start raw water pump bila level air di bak sudah setengah.
d) Melaksanakan back wash manometer in dan out sand filter menunjukkan perbedaan 0,2 kg/cm.
e) Dengan cara :

1) Pertama start pompa clean water
2) Tutup valve inlet ke sand filter
3) Buka valve outlet sand filter
4) Buka valve drain sand filter
5) Tutup valve out let yang menuju ke tower clean water.
6) Ditunggu dan di perhatikan sampai air yang keluar dari pipa drain kelihatan jernih.
7) Tutup Valve out let sand filter.
8) Tutup valve drain sand filter
9) Buka valve in let sand filter
10) Buka valve out let sand filter yang menuju ke tower clean water.

4. Pengamatan selama stasiun water treatment beroperasi.
a) Pastikan volume air di tower clean water selalu penuh.
b) Pastikan air di bak bersih dan selalu penuh.
c) Check tekanan air di sand filter melalui manometer.
d) Check level tanki chemical harus tetap berisi.
e) Check keadaan pompa chemical yang sedang beroperasi
f) Check keadaan selang chemical bila ada kebocoran segera lapor kepada asissten.
g) Check keadaan air di Clarifier tank.
h) Check keadaaan pompa clean water pompa domestic, pompa raw water harus dalam keadaan baik.
i) Memeriksa tanda –tanda kerusakan atau kebocoran peralatan.
j) Melaporkan dengan segera kepada asissten tentang adanya kerusakan atau kebocoran.





5. Menjaga kebersihan peralatan dan lingkungan
a) Membersihkan lantai dan ruangan water treatment dan rumah pompa di water intake.
b) Membersihkan perlatan seperti :
1) Pompa raw water
2) Pompa clean water
3) Pompa domestic
4) Pompa chemical
5) Panel, sand filter dan clarifier.
c) Membersihkan halaman/taman stasiun water treatment dan stasiun raw water
d) Membersihkan bak air bersih dilakukan 2 minggu sekali.
e) Karyawan bagian stasiun Water Treatment harus tetap berada di stasiun Water Treatment pada saat jam kerja kecuali ada keperluan/tugas lain demi kelancaran proses produksi
f) Keutuhan peralatan/perlengkapan kerja di Stasiun Water Treatment harus dijaga

BAB XIV STANDART OPERASI PROSEDUR ( SOP ) STASIUN POWER HOUSE

Garis Panduan Dan Prosedur Operasi Ruang Listrik

Peralatan di Stasiun ini meliputi :

A. STEAM TURBINE
1. Pemeriksaan Pendahuluan
Sebelum menjalankan peralatan untuk proses sangat penting untuk memeriksa secara lengkap Instalasi di ruang Mesin :
a) Periksa seluruh katup di back Pressure vesel dan steam Turbine.
b) Inspeksi Visual steam Turbine untuk memastikan semuanya bersih.
c) Periksa semua steam Trap dan bersihkan Strainer jika tersumbat.
d) Pastikan tidak ada baut yang longgar.
e) Periksa Switch Board untuk memastikan Circuit Breaker dalam Posisi terbuka.
2. Pemanasan Jalur Steam
Steam sudah harus tersedia dari Boiler sekitar 1 jam sebelum pabrik beroperasi.
a) Jika steam telah tersedia, buka seluruh kran by-pass pada saat steam Trap di pipa induk.
b) Pasokan( Supply ) steam dari ruang Boiler secara perlahan sesuai dengan operasi ruang Boiler.
c) Jika aliran yang keluar dari kran by - pass sudah besar, harus ditutup tetapi masih mengalir sedikit untuk memastikan air tidak terakumulasi.
d) Buka kran by - pass untuk steam Trap di Back Pressure vesel( BPV )
e) Buka sedikit steam valve secara manual ke BPV agar mengalir. Atur kran by - pass agar air dapat dikeluarkan.
f) Setengah jam sebelum pabrik mulai berproduksi buka steam ke BPV dan tutup kran by - pass. Buka kran distribusi di BPV yang perlu untuk memanasi unit proses.
3. Persiapan Dan menghidupkan steam Turbine.
Dengan pipa steam yang telah dipanaskan dan air sudah tidak ada lagi, prosedur yang harus dilakukan :
a) Periksa seluruh level oli
b) Atur seluruh control, mekanisme Trip atau peralatan keselamatan lainnya dalam posisi operasi.
c) Buka kran drain dari pipa steam setelah Stop Valve, Turbine Casing Dan steam Chest.
d) Buka kran Exhaust Turbine, dan lakukan Drain dari pipa.
e) Buka valve air pendingin untuk water cooler oli dan monitor temperaturnya.
f) Naikkan kearah atas switch breaker motor pompa oil posisinya didalam panel.
g) Membuka drain valve steam pada turbine yang akan dioperasikan
h) Membuka valve steam trap pada steam trap by - pass pada BPV turbine.
i) Buka valve di BPV ( Back Pressure Vesel )
1) Valve exhaust steam turbine
2) Valve outlet to sterilizer
3) Valve outlet to clarifikasi
4) Valve outlet to press & kernel
5) Valve outlet to feed tank & dearator
6) Valve outlet to storage tank
j) Setelah steam masuk ke stasiun power house tutup drain valve steam pada turbine yang akan dioperasikan bila sudah kelihatan steam keluar.
k) Kemudian start electric pump dengan system manual dan perhatikan tekanan oli harus 1.5 kg / cm 2
l) Switch load limit putar pada angka 3 yang posisinya di governoor turbine.
m) Tarik pilot valve turbine
n) Kemudian buka valve steam inlet turbine secara perlahan – lahan
o) Setelah mesin turbine beroperasi dengan putaran lambat maka putar switch load limit pada angka 10.
p) Putar switch speed setting indicator pada angka 4
q) Putar switch speed drop pada angka 30
r) Setelah putaran turbine normal maka putar switch electrick pump arah auto.
s) Kemudian tutup kran by-pass steam trap pada mesin turbine dan BPV bila sudah kelihatan steam yang keluar.
Menjalankan prosedur yang benar cara parallel( sinkron ) generator dari turbine sebagai berikut :
a) Memastikan syarat – syarat parallel( sinkron ) generator telah dipenuhi
b) Tarik tombol emergency di panel pada posisi ON.
c) Putar saklar netral pada posisi I
d) Tarik handle berulang – ulang sampai tulisan discharged bertukar menjadi charged
e) Perhatikan volt meter dan frekuensi meter dipanel dengan tegangan 380 volt dan frekuensi 50 Hz.
f) Putar kunci Syncronze SN kearah kanan dan putar switch gensyn selector pada turbine yang akan dioperasikan, maka jarum penunjuk akan berputar searah dengan jarum jam dan lampu syncron OK light akan menyala hidup mati maka segera tekan tombol push ON.
g) Dan untuk langkah selanjutnya samakan beban generator set dengan beban generator set turbine dengan cara adjust pada switch Hz.
h) Memastikan bahwa Capasitor bank sudah difungsikan selama pengoperasian generator.
4. Operasi
Pengamatan selama generator turbine dioperasikan :
a) Periksa sekeliling mesin secara teratur untuk memastikan kondisi operasi normal
b) Pastikan tekanan steam pada Back Pressure Vessel ( BPV ) tetap konstan sepanjang waktu antara 2.80 s/d 3.1 kg/cm2. apabila tekanan steam di BPV < 2.5 kg/cm2 . segera buka valve bypass di BPV( Pada kondisi normal ).
c) Pastikan kecepatan turbine tetap dan RPM generator 1500i / min.
d) Voltase harus pada posisi 380 volt dan ampere serta cosphi harus dalam kondisi baik.
e) Frekuensi harus pada posisi 50 Hz
f) Oil pressure 1.5 kg/cm2
g) Oil temperature 40 s/d 600 C.
h) Periksa dan pastikan air pendingin harus mengalir.
i) Pastikan seluruh drain dari steam trap berfungsi dengan baik.
j) Periksa safety valve pada BPV harus berfungsi dengan baik dan safety valve terbuka pada tekanan 3.2 kg/cm2. safety valve pada BPV harus di test setiap hari ketika akan dimulai proses produksi
k) Control inlet steam pressure
Kondisi stabil yang berlaku diruang mesin sangat penting bagi operasi pabrik sepanjang produksi. Hal ini menentukan efesiensi ekstraksi selama proses.
Melakukan prosedur yang benar apabila steam dari boiler turun ( Steam Drop ) sebagai berikut :
a) Segera menginformasikan hal tersebut ke pada operator boiler.
b) Mengurangi pemakain beban, prioritaskan beban yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi, seperti catu daya, untuk perumahan, water intake dll.
c) Apabila dengan mengurangi beban, frekuensi tidak mencapai 50 Hz, segera start generator set dan mengikuti cara start yang benar.
d) Setelah generator set beroperasi dengan normal segera parallel sinkron
e) Setelah tekanan di steam di boiler kembali normal segera stop pengoperasian generator set.

5. Menghentikan Turbine
Melakukan prosedur yang benar dalam menghentikan pengoperasian mesin turbine
a) Pindahkan beban mesin turbine ke generator set dengan cara Adjust switch Hz sampai jarum penunjuk ampere meter pada posisi nol.
b) Tekan tombol emergency pada posisi off.
c) Putar switch netral sw pada posisi off.
d) Menuju kemesin turbine yang akan distop dan hidupkan switch electric pump secara manual.
e) Tutup valve steam inlet kemesin turbine
f) Tekan pilot valve turbine kearah bawah
g) Buka valve by-pass steam trap mesin turbine .
h) Tutup valve exhaust steam turbine
i) Setelah putaran mesin turbine berhenti, putar switch load limit pada posisi 0, putar switch speed setting indicator pada posisi 0, dan putar switch speed droop pada posisi 0.
j) Stop Electrick pump manual.
k) Kemudian tutup valve air pendingin dan check satu kali putaran keadaan mesin turbine.
6. Pencatatan
Catatan harian( log book ) dipower house harus selalu diisi setiap hari dan pencatatan dilakukan setiap 1 jam sekali yang perlu diperhatikan dan di catat adalah :
a) Waktu menghidupkan dan mematikan mesin turbine
b) Tekanan steam pada pipa induk
c) Tekanan steam pada turbine setelah stop valve
d) Tekanan oli dan temperature
e) Tekanan balik( Back Pressure Vessel ) steam
f) Voltase, ampere, cos phi, dan beban dalam kw serta capasitor bank
g) Laporkan dengan segera bila ada alat atau mesin yang rusak.
h) Komentar – komentar yang harus di siapkan selama, mesin turbine beroperasi
i) Buku catatan harian( log Book ) harus ditanda tangani oleh Assistant/Mandor setiap shift.

B. GENSET
1. Persiapan menghidupkan Genset
a) Lakukan Pemeriksaan keliling( Walk Around ) terhadap mesin dan komponennya untuk memastikan dalam kondisi baik.
b) Periksa Level oli mesin dan harus berada antara tanda “add” dan “ Full” pada Dipstick.
c) Periksa level minyak solar di tanki setiap pagi harus dalam keadaan penuh.
d) Periksa air radiator dan jika kurang harus segera dilaporkan kepada Assisten/Mandor dan segera ditambah.
e) Buka kran bahan baker dan kran aliran balik bahan bakar harus selalu terbuka untuk mencegah kerusakan mesin.
f) Periksa apakah Circuit Breaker dalam posisi mati.

2. Prosedur Untuk menjalankan Mesin Genset
a) Tekan tombol reset lamp test hijau untuk mengetes batre dan lampu yang menyala.
b) Kemudian tekan tombol stop( reset ) pada posisi RUN
c) Setelah itu tunggu sampai Rpm 1500( mesin jalan normal )
d) Perhatikan tekanan oil pressure
e) Atur frekuensi sekitar 50.5 Hz.
f) Atur Vollase 380 volt
g) Atur frekuensi menjadi 50 Hz dan voltase 380 volt ketika beban pada genset telah stabil.
h) Kemudian tarik tombol emergency pada posisi ON.
i) Putar switch netral sw pada posisi I.
j) Putar switch Gensyn selector pada angka normal generator yang dioperasikan
k) Putar kunci syncrone sw kearah kanan dengan tekan saklar MCC kearah bawah pada posisi 0 kemudian tarik kearah atas pada posisi I dan untuk langkah selanjutnya perhatikan parameter di panel.
l) Selama mesin beroperasi baterai/aki tidak boleh dibuka. Karena, akan merusak ECH ( Electronic Control Module).

3. Menghentikan Genset
Melakukan prosedur yang benar dalam menghentikan pengoperasian generator set.
a) Pindahkan beban generator set( Genset ) yang akan distop ke generator yang lain atau ke mesin turbine.
b) Pastikan beban sudah dalam posisi nol, ini dilihat pada jarum penunjuk kw meter.
c) Langkah selanjutnya tekan tombol emergency pada posisi off.
d) Putar switch netral sw pada posisi nol.
e) Setelah itu menuju ke generator set dan tekan tombol stop( Reset ) kearah bawah pada posisi Remot.
f) Check satu kali putaran keadaan mesin generator yang baru berhenti dioperasikan

4. Pencatatan
Pencatatan harian( log Book ) di power house harus selalu diisi setiap hari dan pencatatan dilakukan setiap 1 jam sekali. Yang perlu diperhatikan dan di catat adalah sebagai berikut :
a) Waktu menghidupkan dan mematikan mesin genset
b) Pemakaian minyak solar
c) Level oli dan temp oli.
d) Voltase, Ampere, Cosphi,dan beban dalam kw, serta kapasitor bank.
e) Laporkan dengan segera bila ada alat atau mesin yang rusak.
f) Komentar – komentar yang harus disajikan selama genset beroperasi
g) Buku catatan harian( log Book ) harus ditanda tangani oleh Assistan/Mandor setiap shift.

5. Tugas – tugas Operator
a) Menjaga kebersihan ruangan power house dan peralatan.
b) Membersihkan alat – alat dan mesin generator set dan mesin turbine .
c) Membersihkan panel dan menjaga alat – alat di power house.
d) Menyimpan alat – alat kerja dengan rapi dan menyingkirkan barang – barang yang tidak berguna
e) Mengetahui tingkat kebersihan yang di harapkan
f) Mengoperasikan mesin dengan aman dan benar
g) Mencatat operasi mesin, seperti waktu memulai berhenti, sebab kerusakan dan parameter lainnya
h) Menginformasikan kepada Assistan/Mandor yang sedang bertugas bila terjadi kelainan mesin atau kerusakan
i) Melaksanakan prosedur operasi yang digariskan oleh pimpinan seperti, prosedur menghidupkan atau penghentian atau melaksanakan intruksi Assistan/Mandor yang sedang bertugas.
j) Karyawan bagian stasiun Power House harus tetap berada di stasiun Power House pada saat jam kerja kecuali ada keperluan/tugas lain demi kelancaran proses produksi
k) Keutuhan peralatan/perlengkapan kerja di Stasiun Power House harus dijaga

BAB XIII STANDART OPERASI PROSEDUR ( SOP ) STASIUN BOILER

Garis Panduan Dan Prosedur Operasi Stasiun Boiler

Bagian ini meliputi peralatan sebagai berikut : Boiler, Feed water Pump, Water Softener, Dearator, Feed Water Tank, Softener Pump, Dearator Pump, Chemical Dosing Pump.

1. Pemeriksaan Pendahuluan
Sebelum setiap peralatan dijalankan dibagian ini, sangat penting dilakukan pemeriksaan seluruh peralatan dan memastikan dalam kondisi yang bagus.
a. Periksa seluruh katup ( Valve ) diboiler dalam keadaan tertutup, kecuali katup untuk Superheater drain dan katup air umpan.
b. Periksa ID fan FDF & SAF seperti Casing, Rotor, Bearing, Van Belt, baut longgar atau tidak dan sebagainya.
c. Periksa level air digelas duga ( Gauge Glass ) dan pastikan level air sekitar separuh glass. Bersihkan gelas duga dan kerangkanya.
d. Periksa manometer ( Pressure Gauge ) dan catat, apakah ada tekanan atau tidak.
e. Periksa bagian dalam dapur ( Furnance ) untuk memastikan telah dibersihkan dan seluruh Fire Grade dan dinding dalam kondisi baik.
f. Periksa katup pembuangan ( Blow Down ) tertutup.
g. Periksa air di Feed Water Tank dan isi jika kurang.
h. Periksa seluruh katup pompa dan air umpan ( Feed Pump ), Deaerator dan Softener. Hanya katup ke Softener saja yang harus terbuka untuk pangisian air ke tanki.

2. Menjalankan ( Menaikkan Steam )
Dipastikan api diruangan bakar telah ditarik keluar dan boiler dihentikan pada malam sebelumnya dan tekanan masih ada dimanometer. Katup pada drain Superheater harus terbuka untuk mencegah Overheating.
a. Buka kran Blow Down dan lakukan Blow Down 2 atau 3 kali selama kurang lebih 15 detik.
b. Periksa level air di gelas duga, dan harus sekitar 1/2.
c. Nyalakan Api.
d. Setelah api menyala, buka dumper kira-kira ¼.
e. Naikkan secara perlahan tekanan uap hingga tekenan kerja boiler. Perhatikan level air tidak boleh melebihi batas yang terlihat pada gelas duga. Jika level air melebihi batas, tutup kran air umpan. Blow down dilakukan jika level air masih tetap tinggi.
f. Atur pemasukan bahan bakar secara merata.
g. Jika tidak ada steam pada Manometer Boiler, maka bahan bakar harus dikurangi agar panas merata diseluruh Boiler. Pada saat ini fan harus dimatikan sampai ada tekanan. Waktu yang diperlukan menaikan steam tergantung temperature yang ada di boiler.
h. Jika Boiler dihentikan selama 24 jam dan boiler masih dalam keadaan hangat diperlukan waktu sedikitnya 6 jam pengapian tanpa Fan dengan Damper ID Fan terbuka ¼ sampai tekanan terlihat pada manometer.
i. Jika Boiler dalam keadaan dingin waktu pengapian tanpa Fan sekitar 8 jam.

PERINGATAN :
HAL YANG HARUS SELALU DIINGAT, PENGAPIAN YANG PERLAHAN DAN MERATA AKAN MEMPERPANJANG UMUR BOILER.

3. Pengaliran Uap ( Steam ) Dari Boiler
a. Pompa Steam.
1) Buka kran By- pass pada steam trap dari pipa steam ke pompa.
2) Buka kran Drain pada Exhaust dari steam Feed Pump.
3) Buka sedikit Kran steam diboiler agar steam mengalir.
4) Setelah 3 atau 4 menit, Buka secara perlahan kran steam hingga penuh.
5) Tutup kran by-pass serta periksa kerja steam trap.
6) Buka kran Section pada pompa Feed water.
7) Panaskan Feed water pump dengan membuka sedikit kran steam, pada saat steam sudah mulai keluar, tutup kran drain perlahan sampai air tidak ada lagi.
8) Setelah air tidak ada, buka kran pompa ke boiler. Jalankan Pompa dan periksa level air diboiler.
b. Pipa Induk Steam ( Steam Range ).

1) Buka seluruh kran by-pass pada steam trap.
2) Buka sedikit kran induk Boiler agar steam mengalir beberapa menit.
3) Ketika steam telah keluar dari kran by-pass, tutup kran tersebut tetapi tidak rapat.
4) Buka perlahan - lahan kran induk( main steam stop valve ) hingga terbuka penuh.
5) Tutup kran by-pass pada pipa Induk dan pastikan steam trap bekerja.
6) Pastikan tekanan boiler tetap stabil 17 s.d 17.5 kg/cm2.



Catatan :
Jika pipa induk dihubungkan dengan dua, tiga atau empat Boiler prosedur yang harus dilakukan :
1) Tekanan dari boiler yang mau masuk harus sama dengan tekanan yang telah ada.
2) Buka seluruh kran by-pass pada pipa induk dan steam turbine. Buka sedikit kran induk boiler, Setelah beberapa menit buka perlahan-lahan kran induk hingga penuh, kemudian tutup kran drain dan periksa steam trap.

PERINGATAN :

TIDAK BOLEH MEMBUKA KRAN BOILER KE PIPA INDUK STEAM, JIKA TEKANAN TIDAK SAMA.

4. Penghentian
a. Hentikan pemasukan bahan bakar ke boiler.
b. Matikan turbine uap( Steam Turbine ) dan buka kran by-pass.
c. Biarkan level air di Gelas Duga sampai menacapai 1/2.
d. Tutup seluruh kran di Engine Room. Buka kran Soot Blower dan bersihkan pipa bagian dalam boiler.
e. Tutup kran Induk Boiler dan pendukungnya dan juga seluruh kran di Feed water Pump.
f. Buka seluruh kran drain pada pipa Induk dari ruang Boiler hingga ruang mesin.
g. Isi air di feed Tank dan tutup seluruh kran air yang keluar.
h. Drain pada superheater perlu dibuka setelah boiler dimatikan tetapi sebelum kran Induk ditutup. Tujuannya agar terjadi sirkulasi didalam pipa Superheater. Kran terbuka hingga terdengar suara steam.

5. Operasi
Seluruh peralatan ruang di Boiler harus selalu diperhatiakan selama proses operasi dan perhatian yang tetap harus terus diberikan mulai Assisten sampai dengan Boiler Attendant :
a. Pastikan pasok( supply) air bersih cukup selama proses tanki air selalu penuh.
b. Pastikaan air selalu melawati Softener dan bukan melalui by-pass. Air yang sadah harus diturunkan hingga tingkat yang paling mungkin( Kesadahan / Hardnees < 5 ppm ).
c. Pastikan air umpan Boiler mendekati 1000 C dan tidak kurang dari 900 C.
d. Pastikan daerah deaerator berfungsi dengan baik sepanjang waktu dan jangan sampai di by-pass. Pertahankan level air pada separuh gelas duga dan pastikan kebocoran pada pompa hanya sedikit saja.
e. Pertahankan aliran air yang stabil dari pompa ke Boiler. Jangan menjalankan dan mematikan pompa tetapi pertahankan pengendalian dengan menggunakan otomatis Regulator / mengatur pembukaan kran. Kran harus terbuka agar tekanan yang stabil dijalur Discharge dapat dipertahankan.
f. Pertahankan selalu level air Boiler pada posisi gelas duga.
g. Jangan biarkan Boiler mengepul ( mengeluarkan asap hitam )
h. Atur pembakaran terus berkelanjutan dan semerata mungkin.
i. Jangan biarkan bahan bakar menumpuk didalam Boiler. Pertahankan ketebalan bahan bakar sekitar 6 inci.
j. Pada saat bahan bakar boiler dimasukkan dengan tangan, Tutup pintu setelah selesai memasukkan bahan bakar.
k. Bersihkan lantai ( Fire Grate ) secara teratur sepanjang operasi.
l. Kendalikan Dumper dan pengapian agar tekanan steam dapat dipertahankan.
m. Pertahankan kestabilan Tekanan Steam setiap saat.

6. Keadaan Darurat
a. Level Air Hilang Di Gelas Duga.
1) Uji gelas duga untuk mengetahui penuh atau kosong, jika penuh hentikan pompa dan lakukan Blow Down. Jika kosong dan air tidak terlihat pada saat diuji, segera matikan api.
2) Matikan seluruh ID ( Induced Draft ) Fan dan FD ( Forced Draft ) fan.
3) Tarik api keluar.
4) Jangan memompa air ( memasukkan air ) kedalam Boiler.
5) Tutup kran induk dan kran untuk steam Pump dan Shoot Blower.
6) Segera informasi Manajer untuk tindakan Selanjutnya.
b. Pipa Bocor – level Air Di gelas Duga Masih Terlihat.
1) Matikan pengapian ( hentikan bahan bakar )
2) Matikan IDF dan FD Fan.
3) Tarik api keluar.
4) Pompa Air agar level air dapat dipertahankan.
5) Angkat tuas untuk Safety Valve agar tekanan Boiler berkurang.
6) Informasikan kepada manager untuk tindakan selanjutnya.

7. Operasi Rutin Sehari-hari
a. Blowing Down
Jumlah air yang harus di Blow Down harus dilakukan sesuai dengan
instruksi harian manager.



b. Gelas Duga ( Gauge Glass )
1) Gelas duga harus diuji setiap giliran( Shift ) sebanyak 2 kali dengan prosedur yang benar.
2) Jangan pernah level air hilang dari gelas Duga.

8. Umum
a. Ruang boiler dan peralatan harus diuji secara lengkap pada saat pertukaran giliran ( shift )dan selama Operasi.
b. Seluruh Gelas Duga harus diuji oleh Assisten/ mandor dan dicatat sedikitnya satu kali dalam tiap giliran ( shift ).
c. Manometer Boiler harus selalu diamati (jika terjadi kesalahan harus dicatat) Manometer yang rusak harus segera diganti.
d. Kondisi batu api dan batu bata harus diperiksa dan kondisi ruang bakar harus selalu diperiksa dan dilaporkan.
e. Pompa air umpan Boiler harus selalu diperiksa dan pompa cadangan harus selalu siap sedia untuk beroperasi.
f. Tekanan dan temperatur air umpan Boiler harus selalu diperiksa dan dicatat.
g. Deaerator harus selalu diuji apakah berfungsi dengan baik.dan pompa deaerator harus diperiksa.
h. Seluruh bagian pompa harus diperiksa agar tidak tejadi kebocoran seperti dari Gland packing, Flange dsb.
i. Setiap gangguan operasi yang dilaporkan Boiler operator harus dicatat dan di tindak - lanjuti.

9. Pencatatan
Buku harian harus selalu diisi oleh boiler Operator dan dipastikan terus dilaksanakan. Buku tersebut berisi antara Lain :
a. Waktu / saat Boiler di hidupkan.
b. Waktu dibebani dan tidak dibebani.
c. Waktu penghentian.
d. Rincian Blow Down.
e. Temperatur air Umpan dan tekanan Boiler.
f. Penambahan bahan kimia ( oleh bagian boiler berkoordinasi dengan bagian Laboratorium )
g. Beban pada seluruh fan, Feeder dsb.
h. Pembersihan pipa ( Shoot Blowing ).
i. Pengorekan Abu / kerak.




10. Tugas Anggota di Ruang Boiler
a. Boiler Operator
1) Bertanggung jawab terhadap seluruh Instalasi dan kepada Assistan/Mandor.
2) Mengoperasikan Boiler secara efisien dan aman setiap saat dan mempertahankan level air dan tekanan steam serta prosedur operasi yang benar.
3) Memastikan pengapian dan tugas pambersihan dilaksanakan oleh Fireman.
b. Tugas Secara Umum :
1) Memelihara kebersihan peralatan dan lingkungan kerja.
2) Memastikan mesin beroperasi secara benar dan mutu terus dipertahankan.
3) Mempertahankan pencatatan operasi mesin seperti jam mulai, jam berhenti serta sebab jika berhenti dsb.
4) Memberitahukan Assisten/ mandor yang bertugas jika terjadi gangguan atau kerusakan mesin.
5) Mencatat temperatur air umpan dan tekanan boiler dan memastikan hal ini terus dilaksanakan.
6) Melaksanakan setiap prosedur operasi yang telah di gariskan oleh pimpinan atau instruksi yang diberikan oleh Assisten/ Mandor yang bertugas.
7) Karyawan bagian stasiun Boiler harus tetap berada di stasiun Boiler pada saat jam kerja kecuali ada keperluan/tugas lain demi kelancaran proses produksi
8) Keutuhan peralatan/perlengkapan kerja di Stasiun Boiler harus dijaga.

11. Titik Penting
Titik penting yang harus diperhatikan dalam pegoperasian Boiler :
a. Pengapian ( firing )
b. Pembentukan kerak dan pembuangan Abu.
c. Pengendalian tarikan udara ( Draft Control )
d. Level air.
e. Air Umpan ( feed Water )
f. Shoot Blowing
g. Blow Down
h. Fan Dan Dinding.

Penjelasan :
a) Pengapian ( firing )
 Operator yang mengoperasikan Boiler harus terlatih untuk memahami pengontrolan ruang pembakaran dan juga mamahami akibat-akibat atau efek yang di timbulkan oleh operasi pabrik yang bermacam-macam. Pada saat terjadi perubahan kebutuhan steam, Operator harus mampu mengantisipasinya dan mempersiapkan agar keadaan ini dapat diatasi. Pengapian yang benar mencakup: Pemasukan bahan bakar dalam jumlah yang cukup, mempertahankan persedian steam yang mencukupi, mengantisipasi kebutuhan steam dan mengatur kondisi pembakaran yang benar diruang bakar, konsisten terhadap pengoperasian yang benar agar kerusakan pada Fire grade dan dinding ( Refractory ) dapat di cegah.
 Ketebalan bahan bakar yang paling bagus adalah yang sedang dengan permukaan yang merata dan tidak ada bagian yang kosong atau sangat tipis. Lapisan yang tebal cenderung membentuk kerak ( Clinker ) dan asap, dan juga bahan bakar banyak yang tidak terbakar sehingga terbuang. Dengan tarikan udara dan kondisi pengapian yang rendah diperlukan bahan bakar yang tipis. Jika Fibre dan Shell dipergunakan sebagai bahan bakar. Keduanya harus bercampur agar tidak terbakar secara terpisah dalam jumlah yang besar. Hal ini akan mengurangi terbentuknya kerak dan bahan bakar tersebar merata.
 Dalam pembakaran bahan bakar mungkin seluruh area Fire Grate dilapisi sehingga menghambat pengaliran udara untuk pembakaran. Hal ini suatu kasus yang Ekstrim oleh karena itu kondisi Optimum harus terjadi di dalam ruang pembakaran dan pengisian bahan bakar harus benar- benar diperhatikan. Pembakaran yang benar memberikan Utilitas bahan bakar yang terbesar dan sangat erat kaitannya dengan pengontrolan Draft dan pembentukan kerak.
 Dengan dapur pada temperatur operasi yang tepat sekitar 1090/12000 C, Fibre kebanyakan terbakar lebih dulu dan shell turun ke Fire Grate yang membentuk suatu lapisan. Lapisan ini tidak boleh lebih dari 4-6 Inci.
 Pada saat pemasukan bahan bakar melalui pintu untuk mulai menghidupkan Boiler, temperature di ruang bakar masih rendah dan bahan bakar akan lebih tebal di Fire Grate, ketebalan bahan bakar harus tidak boleh melebihi 18 inci ( 45.7 cm ). Bahan bakar harus tetap rata dan tidak menumpuk di depan pintu serta hindarkan terjadi pembakaran di sana.
 Warna asap yang keluar dari Chimney jika pengapian boiler benar adalah hampa transparan agak kecoklatan. Jika asap bewarna hitam, hal ini menunjukkan pengapian tidak menentu atau kurang udara dari Secondary Fan, dan jika warna putih menunjukkan kelebihan udara dari Secondary fan. Asap yang keluar dari Chimney harus terus di monitor oleh operator.
b) Pembentukan kerak ( Clinker ) dan Pembuangan Abu.
 Kerak terbentuk diruang bakar karena menyatunya abu akibat menerima temperature yang tinggi dan jumlahnya tergantung pada bagaimana pengaturan bahan bakar dan pembakaran diruang bakar. Di pabrik sawit, Shell sangat besar pengaruhnya dalam pembentukan kerak dibandingkan dengan Fibre. Oleh karena itu pencampuran Shell dan Fibre lebih baik dari pada masing-masing terbakar sendiri karena akan mengurangi terbentuknya kerak yang besar.
 Kerak terbentuk karena abu terpisah dari karbon dan diproduksi sedikit demi sedikit. Akibat dari temperatur tinggi, kerak meleleh dan menjadi saling melekat satu sama lain sehingga menjadi potongan besar yang melekat di Fire bar yang panas atau dinding ruang bakar. Pengorekan api dengan pengaruk mengakibatkan potongan – potongan abu yang kecil saling bergerak dan menyatu satu sama lainnya dan cendrung turun ke fire grade. Jika Fire Grade panas, kerak melekat dan perlahan-lahan menjadi dingin karena udara dari Ash Pit. Dan jika Fire Grade sangat panas, abu yang meleleh akan menyebabkan penyumbatan di Fire Grade sehingga udara tertahan. Kerak yang berlebihan akan mengakibatkan kerusakan pada dinding karena kerak cendrung menempel di dinding ruang bakar.
 Dengan api yang tipis, abu dilepaskan dari bahan bakar yang terbakar dan jatuh ke zone yang lebih dingin di daerah Fire Grade yang akhirnya menemukan jalan keluar melalui rongga udara antara Fire Grade denga Ash Pit. Hal ini mengakibatkan kerak yang terbentuk sedikit atau tidak ada.
 Api yang tebal merupakan sumber pembentukan kerak yang paling subur dan factor penghambat aliran udara yang paling besar, udara yang masuk dari Ash pit ke bahan bakar kurang. Hal ini mengakibatkan sebagian Fire Grade menjadi lebih panas yang merupakan kondisi ideal terbentuknya kerak. Selanjutnya abu yang terbentuk juga tidak dapat menemukan jalan ke luar ke Ash Pit dan akan membentuk kerak.
 Lebih jauh lagi, sumber terbentukya kerak adalah terlalu banyak gangguan pada pengapian. Seorang operator yang cermat dalam pemakaian pengaruk akan mengangkat banyak abu dan memberikan hasil yang memuaskan untuk mengurangi terbentuknya kerak,aturan umum yang harus diikuti adalah :
1) Shell dan Fibre harus tercampur dengan baik.
2) Api harus tipis.
3) Bahan bakar harus terbakar pada selang yang pendek.
4) Pemakaian penggaruk harus secara cermat.
c) Pengendalian Tarikan Udara ( Draft Control )
 Udara sangat diperlukan udara tersebut harus melalui bahan bakar yang berasal dari bawah Fire Grate. Jumlah udara yang dihasilkan oleh Forced Draft( FD ) Fan harus seimbang dengan jumlah yang harus ditarik oleh Induced Draft( ID ) fan, Sehingga kondisi tarikan udara didalam ruangan bakar menjadi seimbang. Pada saat pengorekan abu Dumper Controller harus dalam posisi “ manual “. Pintu dibuka hanya pada saat pengorekan abu / kerak atau pegerukan bahan bakar agar merata.
 Selama Operasi, Kondisi tarikan udara( Draft ) harus dipertahankan agar menghasilkan tekanan negative didalam ruang bakar. Dengan pengendalian tarikan udara yang otomatis tekanan dipertahankan pada -5 s/d -10 mm H2O Jika tekanan FD fan lebih besar dari ID Fan maka akan terjadi tekanan positif didalam ruang bakar. Hal ini akan menghasilkan Overheating yang serius pada Fire Grade dan juga bahaya penyemburan keluar api dalam ruang bakar. Pembakaran yang efisien hanya dapat dihasilkan, jika kondisi tarikan udara benar.
d) Level Air
Level air harus dipertahankan pada pertengahan gelas duga pada saat boiler beroperasi. Gelas duga sangat penting untuk diperiksa apakah kondisinya baik dan menunjukkan level air yang benar.
Pengujian dilakukan sebagai berikut :
1) Tutup kran steam, tutup kran air, buka kran drain untuk mengosongkan gelas.
2) Buka kran Drain, buka kran steam dan lihat gelas apakah ada steam, tutup kran steam.
3) Buka kran drain, buka kran air dan lihat gelas apakah ada air. Tutup kran air.
4) Tutup kran drain, buka kran steam dan air. Periksa apakah air digelas terlihat naik untuk menunjukkan level air.
Pengujian ini bertujuan memastikan gelas duga bekerja dengan baik.
1) Low water
a) Penyebab utama kecelakaan boiler dan juga biaya perbaikan yang mahal adalah akibat dari boiler beroperasi dengan air yang kurang. Oleh karena itu, seluruh personil di ruang Boiler harus sudah terbiasa melakukan tindakan yang harus dilakukan.
b) Dalam kondisi kerja normal, lampu yang harus menyala adalah bewarna hijau. Jika suatu saat tiba-tiba terjadi kebutuhan steam yang mendadak, level air mungkin mengalami gejolak hebat dan menunjukkan 1st low( lampu menyala ). Jika hal ini terjadi, Pastikan pompa air umpan( Feed Water Pump ), Kontroler dan check Valve bekerja dengan normal dan baik.
c) Jika sirene terus berbunyi dan lampu di panel menunjukkan warna merah, maka level air sudah mancapai 2nd low. Periksa level air di gelas duga dan jika air masih terlihat dan segera ambil tindakan.
1. Hidupkan pompa air umpan cadangan dan buka kran By - pass. Jalankan pompa maksimum hingga level air normal.
2. Selidiki penyebab kekurangan air dan atasi segara.
3. Jangan menghentikan pompa cadangan sampai pompa air utama dan kontroler bekerja dengan normal.
4. Jika air tidak terlihat sampai ke boiler, Boiler harus segera dihentikan dan menghentian dalam keadaan darurat harus dilakukan sebagai berikut :
a. Matikan api dan tarik keluar. Hentikan semua fan dan tutup dumpernya.
b. Tutup kran induk steam dan turunkan tekanan dengan cara naikkan tuas safety valve dengan tangan dan buka Drain untuk Superheater.
c. Setelah api dikeluarkan dan tidak ada lagi pembakaran buka pintu, pintu Ash pit dan Dumper, biarkan boiler dingin secara alami.
2) Ledakan Pipa ( Brush Tube )
Ledakan pipa terjadi akibat gangguan pada pipa sehubungan dengan Overheating setempat yang di sebabkan oleh pembentukkan kerak atau akibat mekanikal, tindakan segera yang harus diambil adalah :
a) Hentikan api dan tarik keluar dan jalankan pompa air cadangan hingga keluaran yang maksimum sehingga mencukupi untuk mempertahankan level kerja.
b) Isolasi Boiler dengan menutup kran induk dan turunkan tekenan steam melalui safety Valve dan buka seluruh kran drain untuk Shoot Blower.
c) Setelah api ditarik, seluruh fan harus tetap beroperasi dan Dumper harus terbuka agar ruang bakar( Furnace ) dapat didinginkan. Untuk mencegah kerusakan, level air harus dipertahankan hingga ruang bakar menjadi dingin dan harus diingat bahwa dinding masih menahan panas dalam periode waktu tersebut.
3) High Water
Kondisi High Water di Boiler ditunjukkan oleh bunyi sirene dan lampu warna putih dipanel, meskipun hal ini tidak berbahaya tetapi merupakan factor pendorong yang kuat terhadap terikutnya air( Carry Over ) dan bahan kimia( Priming ) ke Turbine dan mesin. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya kerak pada turbine dan adanya air akan merusakkan sudu-sudu Turbine.
a) Kondisi ini dapat menjadi sementara tergantung pada Fluktuasi beban Boiler, tetapi jika tetap berlaku dan level air di gelas duga menunjukkan kenaikkan, maka harus dilakukan Blow Down hingga kondisi normal dapat dicapai dan hentikan pompa bila perlu.
b) Level air yang benar di Boiler tidak dapat hanya berdasarkan sirene dan lampu secara visual meskipun alat ini penting di boiler, akan tetapi tidak dapat menggantikan GELAS DUGA karena hanya alat ini yang secara akurat menunjukkan level air yang benar.


e) Air Umpan ( Feed Water )
Boiler harus diisi dengan air yang murni, akan tetapi hal ini tidak mungkin diperoleh oleh karena itu ditambah bahan kimia agar dapat dipakai sebagai air umpan boiler. Tujuan pengolahan air Boiler adalah :
1) Mencegah terjadinya karat( korosi ) pada Boiler maupun pipa uap kondensat.
2) Mencegah terbentuknya kerak( Scale ) dan lumpur( Sludge ) karena hal ini akan dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pada pipa dan Overheating.
3) Mencegah terjadinya Carry - Over dimana air terikut dengan uap. Carry- Over terjadi antara lain disebabkan oleh factor mekanikal seperti Fluktuasi beban mendadak & besar. Operasi diatas kapasitas( Over Load ), permukaan air boiler terlalu tinggi, alat pemisah steam yang kurang baik sedangkan kimiawi seperti kandungan zat padat tersuspensi terlalu tinggi, zat padat terlalu tinggi, alkalinity terlalu tinggi, silica terlalu tinggi dan adanya bahan organic seperti minyak dan lain-lain.
4) Menyempurnakan efisiensi Boiler secara maksimal dan menghemat bahan bakar.
Salah satu factor yang harus di perhatikan adalah terjadinya korosi di bagian-bagian pipa atau drum Boiler. Dimana gas terlarut terutama oksigen mempunyai factor yang dominan. Untuk menghilangkan Oksigen, air umpan harus dipanaskan sepanas mungkin, tetapi harus disesuaikan dengan kemampuan pompa. Air umpan yang direkomendasikan harus mempunyai temperature sedikitnya 950 C selain itu, hal ini agar mengurangi kejutan panas( Thermal Shock ) jika dipompakan ke Boiler. Air di dalam tanki air umpan harus selalu penuh dan mencukupi untuk 90 menit kapasitas operasi boiler.
f) Shoot Blower
Shoot Blower diperlukan untuk membersihkan bagian luar pipa-pipa Boiler, untuk operasi yang efisien, Shoot Blower harus dioperasikan sedikitnya satu kali dalam setiap giliran ( Shift ) dan harus secara berurutan mulai dari depan kebelakang( mulai ruang bakar hingga bagian belakang ) masing-masing selama 25 detik. Sebelum melakukan Shoot Blowing kondensat harus dibuang dan tekanan pada Superheater 17 – 17.5 kg/cm2 . Jika mungkin dilakukan sebelum beban boiler penuh.
g) Blow Down
 Air umpan untuk boiler masih banyak mengandung zat-zat yang menyebabkan ketidak - murnian( Impurity). Dengan pengolahan air yang tetap, padatan( terlarut atau tak terlarut / Dissolved atau Undissolved ) didalam air boiler akan segera mengendap di pipa atau Boiler dan akan mengumpul secara alami, sedangkan sisanya tersuspensi didalam air. Tujuan Blow Down adalah mencegah padatan terlarut mengendap dengan cara melengket pada permukaan Drum Boiler yang panas, yang kemudian membentuk kerak ( Scale ). Dengan perlakukan yang tepat dan penambah bahan kimia yang tepat, air Boiler akan berisi padatan halus tersuspensi yang akan mengendap dan membentuk suatu endapan yang mudah bergerak dan bukan suatu lapisan yang mudah melengket. Blow Down adalah metode normal yang digunakan untuk membuang akumulasi padatan tersebut dari Boiler. Jika proporsi padatan( Terlarut dan tak terlarut ) yang diperbolehkan terakumulasi melebihi padatan yang diizinkan, akan terjadi pembentukan kerak yang berlebihan dibagian dalam permukaan drum dan kemungkinan terikut dengan steam. Ikut sertanya padatan didalam steam dapat menyebabkan kerusakan terhadap peralatan mesin uap dan alat pindah panas lainnya.
 Tujuan Blow down adalah tetap mempertahankan proporsi padatan terlarut( Dissolved ) dan tak terlarut( Undissolved ) di dalam boiler sesuai dengan batas yang telah direkomendasikan.
 Pengendalian Blow Down dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
1) Blow Down yang kontinyu( Continous Blow Down ).
2) Blow-Down Otomatis, biasanya mempergunakan suatu timer dan katup Solenoid.
3) Blow-Down secara manual dan berselang, biasanya 4 atau 8 jam.
 Konsentrasi padatan di dalam Boiler harus secara teratur dimonitor dan tidak boleh melakukan Blow-down hingga kondisi kosong pada saat dinding masih panas atau sedang terjadi pembakaran.
h) Fan dan Dinding
Seluruh Fan harus secara teratur diperikasa dan dibersihkan. Permukaan dan sudu-sudu Fan selalu bersih, termasuk juga elektromotornya. Perbaikan yang teratur jika terjadi kerusakan pada dinding Boiler akan memperpanjang umur Boiler dan secara ekonomis lebih baik dari pada menunggu perbaikan besar.

BAB XII STANDART OPERASI PROSEDUR ( SOP ) STASIUN CLARIFIKASI

Garis panduan dan prosedur operasi stasiun klarifikasi

1. Pemeriksaan pendahuluan
a. Pemeriksaan Visual seluruh Pompa seperti, Ketegangan Van Belt, kekencangan Gland Packing, serta kebocoran.
b. Pemeriksaan seluruh pompa beroperasi dengan pengetesan starting dan pelampung.
c. Kutip minyak pada bagian lapis atas Continous Clarifier Tank dan lapisan minyak yang terlihat harus sedikit mungkin dan level di bawah tangki harus dibawah level kerja.
d. Naikkan Skimmer diatas level kerja.
e. Buka Katup pembuangan ( Drain ) Continous Clarifier Tank, Oil Tank, Sludge Tank, untuk membuang pasir / kotoran yang mengendap. Jika sudah tidak terlihat endapan pasir atau kotoran katup harus segera ditutup.
f. Pemeriksaan apakah tangki air penuh dan katup pemasukkan air terbuka.
g. Bersihkan semua Sludge Separator dan Centrifuge, baik electromotor maupun badannya.
h. Buang pasir dari Desanding Tank.
i. Pembuangan pasir dari Buffer Tank ke Reclamed.

2. Pemanasan
a. Katup uap untuk air panas harus di buka ½ jam sebelum proses produksi dan temperature air harus mencapai sekitar 95 0 C,
b. Setelah pembuangan kotoran dari CC Tank, CCT harus dipanaskan antara 90 s/d 950 C' buka kran uap untuk sludge Drain Tank jika air panas telah tersedia, minyak harus dikutip dan didaur ulang.

3. Menjalankan
a. Jika Press telah beroperasi, pastikan aliran Crude Oil keluar diatur secara continous, pastikan Oil mengalir.
b. Monitor pembentukan minyak di CC Tank hingga level kerja dicapai.
c. Jika Underflow telah mengalir ke Sludge Tank, buka kran uap dan naikkan temperature sampai 95 0 C.
d. Jika isi Sludge Tank telah mencapai ½, jalankan pompa, kemudian jalankan Sludge Separator & Centrifuge (Lihat prosedur pengoperasian).
Apabila Separator trip maka menghidupkannya kembali apabila kondisinya sudah dalam keadaan berhenti, jangan dipaksakan dalam kondisi berjalan karena akan menyebabkan kerusakan pada sparepart.
e. Biarkan minyak terbentuk di CC Tank kira – kira 12 inc ( 30 cm ) dan atur skimmer agar batas tersebut tetap dipertahankan dan di monitor.
f. Pada saat Oil Tank mulai terisi, buka Kran By - Pass dan Kran uap, setelah 2 menit tutup Kran By – Pass dan periksa Steam Trap apakah beroperasi. Naikkan temperature hingga 80 0 C dan dipertahankan.
g. Jalankan Pompa Vacum dan pastikan air pendingin tersedia, kemudian jalankan Dried Oil Pump. Pompa ini harus dijalankan jika minyak sudah cukup tersedia di Oil Tank.

4. Selama Operasi
a. Pastikan aliran Crude Oil ke CC Tank konstan.
b. Atur pemasukan air panas pada Press agar diperoleh pengenceran yang tepat. Hal ini diperlukan jika dipergunakan system pengenceran.
c. Monitor pembentukan minyak dengan hati – hati dan atur Skimmer agar minyak pada batas kira – kira 12 inci ( 30 cm ).
d. Monitor Sludge Tank agar tidak terbentuk minyak berlebihan. Target minyak yang terkandung pada Underflow harus < 10 %.
e. Periksa secara tetap dan periksa temperature Crude Oil, CC Tank, Underflow dari CC Tank air panas serta Oil Tank.
f. Uji Sludge dari Separator & Centrifuge yang keluar secara Visual untuk mengetahui apakah kehilangan minyak tinggi setiap ½ jam begitu juga pada saat pengambilan sample.
g. Periksa kevacuman pada Vacum Dryer untuk memastikan operasi yang efisien, dengan target kevacuman < 675 mm Hg.
h. Temperatur pada Sludge Tank harus selalu dipertahankan pada 95 0 C.
i. Pastikan Stirrer pada CCT tetap di operasikan dan temperature CCT di pertahankan 90 s/d 95 o C.
j. Pastikan sludge yang masuk ke Buffer Tank harus melalui Brush Strainer dan Sand Cyclone.

5. Pencatatan
a. Catat jam mulai dan berhenti setiap mesin dengan alasannya jika berhenti.
b. Catat semua temperatur di stasiun Clarifikasi sedikitnya 1 jam sekali
c. Catat beban ( Ampere ) setiap mesin yang beroperasi dan ambil tindakan yang diperlukan.
6. Penghentian
Stasiun Clarifikasi harus tetap beroperasi setelah proses pada press berhenti
Urutan dan prosedur untuk penghentian sebagai berikut :
a. Pada saat Crude Oil sudah tidak mengalir lagi kutip semua minyak yang mungkin dari CC Tank.
b. Feed Oil Pump masih tetap beroperasi hingga seluruh minyak habis dan Oil Tank Kosong.
c. Separator & Centrifuge masih tetap beroperasi hingga tanki sludge hampir kosong ( 30 cm dari dasar tanki )
d. Buang ( drain ) kotoran dari Sludge Tank ke Sludge drain trank dan tutup kran.
e. Matikan seluruh pompa dan peralatan pendukung setelah dipastikan oil tank / Vacum Dryer kosong dan minyak telah di pompa ke Storage Tank.
f. Matikan seluruh katup uap ( steam )
g. Pastikan seluruh isolator listrik dalam keadaan mati.
h. Pastikan setiap katup pengeluaran sludge telah terkunci.

7. Panduan dan pengendalian mutu
a. Kualitas minyak : Kadar air di bawah : 0.40 %
Kotoran di bawah : 0.02 %
Ffa di bawah : 3.5 %
b. Temperatur crude Oil Di Crude Oil Tank : ± 950 C
c. Temperature air panas : ± 950 C
d. Pertahankan lapisan minyak di CC Tank setebal 12 inci ( 30 cm ) temperature 90 s/d 95 o C.
e. Kandungan minyak di Underflow setelah CC Tank : < 10%
f. Oil losses dari Sludge Separator & Centrifuge 0.8 % (Losses terhadap sample).

8. Tugas – Tugas Operator
a. Tetap memelihara kebersihan mesin baik bagian luar maupun bagian dalam dan lingkungan kerja.
b. Memastikan mesin – mesin beroperasi dengan baik dan kualitas yang tetap.
c. Tetap mencatat setiap operasi mesin seperti jam mulai, jam berhenti dan alasan penghentian dsb.
d. Menginformasikan kepada Assisten/Mandor yang bertugas setiap terjadi kerusakan mesin.
e. Mencatat dan mempertahankan temperature dan segera melaporkan kepada Assisten/Mandor jika tidak berfungsi.
f. Memastikan air panas untuk pengenceran bermutu baik dan jumlah yang cukup.
g. Memastikan CC Tank beroperasi dengan benar, yaitu mempertahankan ketebalan lapisan minyak tidak lebih dari 12 inchi ( 30 cm ).
h. Melaksanakan setiap prosedur operasi yang telah di gariskan pimpinan seperti prosedur menghidupkan dan menghentikan.
i. Melakukan pembersihan Sludge Separator dan Centrifuge, Pompa serta semua peralatan di stasiun Clarifikasi.


PENGOPERASIAN SLUDGE SEPARATOR

1. Persiapan
a. Periksa apakah Instalasi telah sesuai untuk operasi yang akan dapat diandalkan, termasuk juga Instalasi pipa.
b. Periksa apakah peralatan control berfungsi.
c. Cek level oli pastikan level oli paling sedikit ¾ bagian dari gelas duga.
d. Pastikan kondisi bowl dan pairing disk sudah dicuci bersih sebelum dioperasikan dan nozzle tidak ada yang sumbat.

2. Menjalankan
a. Putar main Switch keposisi “ On “ kemudian tekan tombol “ starting” pada panel control.
b. Tunggu hingga kecepatan operasi dicapai( sekitar 5 menit ), sampai putaran bowl ( indicator 120 rpm ) tercapai kemudian masukkan air panas sebelum masuk sludge kemudian buka kran umpan ( Product Feed ).
c. Atur/sesuaikan kapasitas olah ( throughput ) yang diinginkan( perbandingan antara sludge dan balance water) dan lossis pada heavy phase < 0.8 % terhadap sample ( wet basis).
d. Jika putaran sludge separator tidak normal dan terdapat getaran maka mesin harus dihentikan dan harus diperiksa kembali kemungkinan ada kotoran pada bowl, identifikasi apabila ada bearing pecah ataupun nozzle tersumbat.

3. Menghentikan
a. Tutup kran Umpan
b. Cuci ( Flush ) Bowl dengan air panas.
c. Jika air yang keluar cukup jernih kurangkan air pencuci hingga aliran maksimum 1000 liter/jam.
d. Hentikan sludge sparator, beberapa saat sebelum Bowl berhenti.
e. Hentikan pemasukan air pencuci bila air keluaran dari sludge separator sudah jernih.




PENGOPERASIAN CENTRIFUGE

1. Persiapan
a. Periksa apakah instalasi siap untuk di operasikan
b. Periksa apakah peralatan kontrol berfungsi
c. Periksa nozzle pada bowl harus dibersihkan dan pastikan nozzle tidak ada yang sumbat.
d. Pastikan tidak ada kebocoran sludge pada bushing centrifuge.
e. Pastikan air pendingin, air panas dan umpan sludge pada centrifuge sudah tersedia temperatur sludge 90 - 950 C dan temperatur air 90 - 950 C.
f. Sebelum Centrifuge di jalankan pastikan air pendingin remis paking pada bushing Centrifuge sudah di buka.
g. Putar bowl secara manual untuk memastikan di dalam bowl tidak ada masalah ( benda asing ).

2. Menjalankan
a. Setelah persiapan untuk pengoperasian Centrifuge sudah selesai maka centrifuge siap untuk di jalankan dengan menekan switch ke posisi ON.
b. Tunggu kecepatan hingga tercapai ± 1500 rpm kemudian masukkan umpan air panas sampai air panas keluar dari pembuangan sludge heavy phase dan pada Centrifuge tidak terjadi getaran.
c. Masukkan umpan sludge sesuai dengan kapasitas centrifuge C 8000 atur umpan air panas agar sludge tidak terlalu pekat dan lossis < 0.8 % wet basis.
d. Tetap dilakukan pemeriksaan secara visual terhadap kelancaran sludge dan centrifuge apakah masih ada minyak yang terikut oleh sludge.

3. Menghentikan
a. Hentikan umpan sludge masuk ke centrifuge setelah sludge di distributing tank habis di olah.
b. Masukkan umpan air panas ke dalam centrifuge sampai air keluar dari centrifuge jernih.
c. Matikan air panas untuk pencucian.
d. Matikan centrifuge dengan menekan switch pada posisi OFF.
e. Pastikan semua isolator dalam posisi mati.

4. Panduan Untuk Pengendalian Mutu
a. Pastikan keluarnya minyak pada pembuangan sludge centrifuge < 0.8 % dari sample wet basis.
b. Pastikan temperatur umpan sludge 90 - 950 C
c. Pastikan temperature air panas 90 - 95 0 C

5. Pencatatan
a. Waktu menghidupkan dan mematikan mesin
b. Catat ampere ( beban) centrifuge
c. Catat kendala yang terjadi pada centrifuge.

6. Tugas- Tugas Operator
a. Memastikan mesin beroperasi dengan benar.
b. Memastikan mutu dan efisiensi di pertahankan dengan parameter kontrol.
c. Memastikan feeding ke centrifuge tetap konstan
d. Tetap melakukan pencatatan seperti waktu menghidupkan dan memastikan serta alasannya seperti pembacaan ampere dsb.
e. Memberitahukan kepada Assisten/Mandor yang bertugas jika terjadi gangguan atau kerusakan mesin.
f. Bila terjadi penyumbatan pada nozzle centrifuge segera centrifuge distop dan segera nozzle yang sumbat dicuci.
g. Melaksanakan prosedur operasi yang telah di gariskan oleh pimpinan seperti prosedur menghidupkan dan menghentikan dan juga instruksi yang spesifik di berikan oleh Assisten/Mandor yang bertugas.
h. Karyawan bagian stasiun Klarifikasi harus tetap berada di stasiun Klarifikasi pada saat jam kerja kecuali ada keperluan/tugas lain demi kelancaran proses produksi
i. Tetap memelihara peralatan/perlengkapan kerja dan kebersihan mesin - mesin di lingkungan kerja.

BAB XI STANDART OPERASI PROSEDUR ( SOP ) STASIUN PENGOLAHAN NUT

Garis Panduan Dan Prosedur Operasi Stasiun Pengolahan Nut.

Stasiun ini meliputi peralatan sebagai berikut :
A. Claybath Separator
B. Ripple Mill
C. Nut Silo
D. Kernel Silo
Stasiun ini dijalankan untuk membantu menaikkan tekanan di Boiler dengan cara mensuplai Shell sebagai bahan bakar. Yang pertama harus dijalankan adalah claybath Separator, Ripple Mill, Shaking Greate Nut Silo ( Outlet ). Kernel silo kemudian pengisian Nut Silo.

A. Claybath Separator

1. Pemeriksaan pendahuluan
a. Periksa pompa dengan memutar memakai tangan untuk mastikan tidak ada penyumbatan setelah habis proses.
b. Periksa level air dan tambahkan jika kurang. Jika terjadi kehilangan inti ( losses ) yang tinggi atau pemisahan tidak stabil, maka air larutan CaCo3 harus diganti.
c. Periksa dan bersihkan saringan pada Vibrating screen.

2. Menjalankan
a. Jalankan pompa dan biarkan air tersirkulasi.
b. Jalankan Stirrer agar air dengan kalsium karbonat dapat bercampur.
c. Mengukur dengan Hidrometer untuk mengetahui BJ air. Jika BJ air kurang dari 1,14 tambahkan kalsium karbonat sampai didapat sesuai standar.
d. Jalankan Vibrating Screen dan buka kran air sedikit mungkin untuk pencucian dengan hasil shell/kernel bersih.
e. Jalankan Transport Fan untuk wet shell dan wet kernel.
f. Jalankan Cracked Mixture Elevator sebelum Ripple Mill beroperasi.

3. Operasi
a. Claybath Separator harus memperoleh perhatian yang cukup dari operator.
b. Berat jenis air harus tetap dipertahankan pada 1,14 dan level air harus tetap dipertahankan.
c. Tetap dilakukan pemeriksaan secara visual terhadap kehilangan inti di shell dan mutu kernel.

4. Menghentikan
a. Hentikan Ripple Mill dan umpan ke Claybath Separator.
b. Lanjutkan operasi Claybath Separator hingga tidak ada lagi shell dan kernel yang dikeluarkan.
c. Hentikan mesin dengan urutan yang berlawanan dengan prosedur menjalankan.
d. Matikan air pencuci.
e. Pastikan semua Isolator dalam posisi mati( Off ).

5. Panduan Untuk Pengendalian Mutu
a. Pastikan kehilangan inti di shell dipertahankan kurang dari < 3 % dari sample.
b. Pastikan total Shell didalam kernel dipertahankan dibawah 7 %.
c. Periksa sample agar Broken Nut dan Whole Nut masing - masing tidak melebihi 1 % dari sample. Jika terjadi, Periksa kembali produksi agar dapat di temukan penyebabnya.

6. Pencatatan
a. Waktu menghidupkan dan mematikan mesin.
b. Pencatatan Berat Jenis ( Bj ) air setiap jam.

7. Tugas –Tugas Operator
a. Tetap memelihara kebersihan mesin-mesin dilingkungan kerja.
b. Memastikan mesin beroperasi dengan benar.
c. Memastikan mutu dan efesiensi dipertahankan dengan parameter control.
d. Memastikan Throughput dipertahankan sesuai dengan level Nut silo.
e. Tetap melakukan pencatatan seperti waktu menghidupkan dan memastikan serta alasannya, pembacaan amper dsb.
f. Memberitahukan kepada Assisten/Mandor yang bertugas jika terjadi gangguan atau kerusakan mesin.
g. Melaksanakan prosedur operasi yang telah digariskan oleh pimpinan seperti prosedur menghidupkan dan menghentikan dan juga instruksi yang spesifik diberikan oleh Assisten/Mandor yang bertugas.

B. Ripple Mill

Peralatan dibagian ini meliputi :
Vibrating Feeder, Ripple Mill, Cracked Mixture Conveyor, Cracked Mixture elevator, Kernel & shell Separating Column, Dry Shell Cyclone.
1. Pemeriksaan pendahuluan
a. Periksa Chute yang mau masuk ke Ripple Mill karena biasanya terjadi penumpukan nut dan kotoran. Setiap pagi bagian ini harus dibersihkan.
b. Periksa Ripple Mill apakah tersumbat atau tidak akibat proses malam sebelumnya.
c. Periksa apakah system Pneumatik dan Fan bersih dan tidak ada gangguan serta Cyclone untuk kernel Transport dan wet shell tetap bersih.

2. Menjalankan
Sebelum bagian ini beroperasi, Claybath Separator, Fuel Conveyor ( di boiler ) sudah beroperasi.
Urutan-urutan untuk menjalankan sebagai berikut :
a. Jalankan Shell Cyclone Fan ( termasuk air lock )
b. Jalankan Cracked Mixture Conveyor
c. Jalankan Cracked Mixture Elevator.
d. Jalankan Ripple Mill.
e. Pastikan Wet kernel & Wet Shell Transport Fan telah jalan.
f. Jalankan Shaking Grate dari Nut silo.

3. Operasi
a. Pastikan Umpan Nut silo merata dan sesuai dengan throughput agar effesiensi pemecahan yang tinggi dapat dipertahankan.
b. Periksa Cracked Mixture setiap Ripple Mill untuk mengetahui Broken Nut, Broken Kernel dan Uncracked Nut. Jika diluar standar harus segera dilaporkan kepada Assisten/Mandor yang bertugas dan effesiensi riplle mill ≥ 96 % dan Broken kernel <15 %.
c. Shell Cyclone harus tetap diamati untuk memastikan umpan yang masuk merata dan tidak terjadi kejutan. Dan juga pemisahan shell dan kernel efektif serta shell keluar stabil. Target kehilangan inti di dry shell kurang dari 3 % dan dumper harus distel jika kehilangan tinggi.

4. Menghentikan
a. Pertama kali yang harus dilakukan untuk menghentikan bagian ini adalah menghentikan umpan Nut silo dan membiarkan seluruh mesin beroperasi hingga tidak ada lagi Nut yang melewati Ripple Mill.
b. Jika sudah tidak ada lagi Nut yang mengalir, hentikan seluruh mesin dengan langkah yang berlawanan dengan seluruh prosedur menjalankan.
c. Pastikan seluruh isolator listrik dalam posisi mati.



5. Panduan Untuk Pengendalian Mutu
a. Effisiensi pemecahan hanya dapat diperoleh melalui pengawasan yang tetap dan pendekatan yang bijak terhadap operasi.dan pastikan effesiensi pemecahan ripple mill ≥ 96% dan broken kernel < 15 %.
b. Sampel dari Riplle Mill harus dianalisa secara Kontinous untuk memastikan Broken Kernell pada tingkat yang minimum dan juga Broken Nut dan Whole Nut.
c. Kehilangan Inti pada Shell Cyclone harus serendah mungkin, hanya Broken kernel saja yang boleh terlihat, bukan whole kernel. Persentase Broken Kernel harus kurang dari 3 %.
d. Cracked Mixture ke Claybath Separator relative harus bersih dari Fibre dan kotoran. Hal ini bisa dicapai jika sistem Pneumatik bekerja dengan tepat.

6. Pencatatan
a. Catat jam mulai dan berhenti operasi.
b. Catat beban pada Fan ( Shell Cyclone ).

7. Tugas – Tugas Operator
a. Tetap memelihara kebersihan mesin dan lingkungan kerja.
b. Mengoperasikan semua mesin dengan benar dan efesien.
c. Memastikan dipertahankannya Throughput yang benar sesuai dengan tingkat Nut didalam Nut Silo.
d. Memastikan mutu yang optimum dipertahankan.
e. Memastikan kehilangan inti minimum dan tetap dipertahankan.
f. Tetap melakukan pencatatan.
g. Memberitahukan kepada Assisten/Mandor yang bertugas setiap terjadi kerusakan atau kegagalan mesin.
h. Melaksanakan prosedur operasi sebagaimana yang digariskan oleh pimpinan seperti prosedur menjalankan dan menghentikan atau tugas tertentu yang diberikan oleh Assisten/Mandor yang bertugas.

C. Nut Silo

Peralatan dibagian ini meliputi :
Wet Nut Elevator, Nut Silo, Shaking Grate dari Nut Silo telah beroperasi sebelumnya.

1. Pemeriksaan Pendahuluan
a. Periksa semua Chute apakah telah bersih, periksa Chute keluar Nut Polishing Drum dan buang setiap besi atau benda asing lainnya.
b. Periksa tingkat ( level ) Nut didalam nut silo.

2. Panduan Untuk Pengendalian Mutu
a. Nut yang keluar dari Nut Polishing drum harus bersih dari sisa - sisa fibre pada permukaanya.
b. Kadar air nut sebelum masuk Nut Silo biasanya sekitar 21 - 22 %.
c. Nut yang keluar dari Nut silo harus mempunyai kadar air sekitar 12 % atau didalam selang 12 - 13 %.

3. Pencatatan
a. Catat jam mulai dan berhenti

4. Tugas-tugas Operator
a. Tetap memelihara mesin dan lingkungan kerja.
b. Mengoperasikan mesin dengan benar dan efisien.
c. Memastikan Throughput dipertahankan
d. Memastikan mutu dan efisiensi Optimum dipertahankan.
e. Tetap mencatat operasi mesin seperti waktu jalan/berhenti, alasannya tidak beroperasi.
f. Menginformasikan kepada Assisten/Mandor yang bertugas jika terjadi kerusakan atau ketidaknormalan fungsi mesin.
g. Melaksanakan Prosedur operasi seperti yang digariskan pimpinan seperti prosedur menghidupkan dan menghentikan atau tugas khusus yang diberikan oleh Assisten/Mandor yang bertugas.

D. Kernel Silo

1. Pemeliharaan Pendahuluan
a. Periksa dan bersihkan fan heater kernel silo serta kisi - kisinya dan juga kawat saringan dibagian hisap.
b. Periksa Vibrating Grate dan pastikan tidak ada penyumbatan oleh fibre.
c. Periksa dan bersihkan fan untuk Dry kernel Transport serta Cyclone nya.

2. Pemanasan
a. Buka katup By-pass dan steam trap.
b. Buka katup uap untuk heater.
c. Setelah 2 menit tutup katup By-pass dan periksa apakah steam trap beroperasi dengan baik.

3. Menjalankan
a. Jalankan fan untuk kernel silo jika proses telah stabil untuk penghemat beban.
b. Jalankan Dry kernel Transport fan.
c. Jalankan Dry kernel conveyor
d. Jalankan Vibrating Grate.

4. Operasi
a. Pengeringan kernel harus berjalan kontinyu tanpa masalah.
b. Vibrating Grate dikernel silo harus disetel sesuai dengan Throughput yang dikehendaki secara kontinyu. Pengeluaran dari kernel silo harus dikontrol dengan cermat dan merata.

5. Menghentikan
a. Prosedur untuk menghentikan dilakukan sebagai kebalikan dari prosedur untuk menjalankan.
b. Seluruh katup uap harus tertutup.
c. Seluruh Isolator harus dalam posisi mati.

6. Panduan Untuk Pengendalian Mutu
a. Temperatur kernel silo harus dipertahankan( sekitar 400 C Bagian atas, 650C bagian tengah dan 800 C bagian bawah ). Setiap kenaikan atau penurunan temperatur harus diselidiki dan segera dikoreksi, jika tidak pengeringan akan tidak efektif.
b. Air dan Fibre tidak boleh masuk kedalam kernel silo.
c. Pengeringan kernel harus dimonitor secara cermat, kadar air kernel harus sekitar 7 %.
d. Pengendalian mutu kenel harus terus dimonitor. Kadar kotoran harus tidak lebih dari 7 % dan kadar air tidak boleh melebihi 7 %.

7. Pencatatan
a. Temperatur pada kernel silo harus dicatat secara teratur.
b. Beban ( Ampere ) fan harus di catat.

8. Tugas-tugas Operator
a. Tetap memelihara kebersihan lingkungan kerja dan mesin yang dioperasikan.
b. Mengoperasikan mesin secara benar.
c. Memastikan Throughput yang diinginkan dapat dipertahankan.
d. Memastikan kualitas dan perameter pengeringan cocok.
e. Tetap mencatat operasi mesin, waktu menjalankan dan temperatur kernel silo dsb.
f. Memberitahukan kepada Assistan/Mandor yang bertugas jika ada gangguan atau kerusakan mesin.
g. Melaksanakan setiap prosedur operasi yang telah digariskan oleh pimpinan seperti prosedur menjalankan dan menghentikan atau instruksi yang diberikan oleh Assistan/Mandor yang bertugas.
h. Karyawan bagian stasiun Pengolahan Nut harus tetap berada di stasiun Press pada saat jam kerja kecuali ada keperluan/tugas lain demi kelancaran proses produksi
i. Keutuhan peralatan/perlengkapan kerja di Stasiun Pengolahan Nut harus dijaga.

BAB X STANDART OPERASI PROSEDUR ( SOP ) STASIUN DEPERICARPER

Garis panduan dan prosedur operasi station Depericarper

1. Menghidupkan
Station di bawah ini harus dijalankan sebelum press beroperasi :
a. Jalankan Fuel Conveyor di station boiler
b. Jalankan Conveyor dibawah Fibre cyclone ( Fibred & Shell Conveyor )
c. Jalankan Fibre cyclone
d. Jalankan Nut cyclone & Wet Nut Conveyor.
e. Jalankan Nut Polishing Drum
f. Jalankan Cake Breaker Conveyor.

2. Operasi
a. Memastikan hanya biji( Nut ) yang bersih yang keluar dari Nut Polishing Drum jika terdapat sabut( Fibre ) & Nut yang tidak bersih menunjukkan masalah pada bagian awal dari proses ini.
b. Memastikan Semua Fan Di stasiun ini beroperasi dengan kecepatan normal dan tidak ada getaran.
c. Memastikan seluruh roda penyangga( Support Roller ) Nut polishing drum berputar dengan lancar.
d. Pemasukkan( Throughput ) harus dipertahankan pada tingkat maksimum untuk tetap menjaga tingkat kehilangan( Losses ) inti pada tingkat yang terendah.
e. Memastikan Cake Breaker Conveyor sudutnya tidak berubah agar waktu fibre di dalam conveyor maksimum.
f. Setel Damper Fibre Cyclone bila proses beroperasi kurang dari 2 unit. Begitu juga sebaliknya.

3. Penghentian
a. Seluruh mesin distasiun ini harus tetap beroperasi hingga fibre sudah tidak ada lagi yang di hantar ke stasiun boiler dan tidak ada Nut yang dikeluarkan dari Nut Polishing Drum.
b. Prosedur penghentian merupakan kebalikan dari prosedur menghidupkan.
c. Seluruh Isolator mesin harus dalam posisi mati( Of f ).

4. Garis Panduan untuk pengendalian mutu
Fibre di Platform boiler harus kering dan menggandung inti( Kernel ) < 2 %.

BAB IX STANDART OPERASI PROSEDUR ( SOP ) STASIUN PRESSING

Garis panduan dan Prosedur Operasi Stasiun Press

Stasiun ini mencakup peralatan sebagai berikut :

Digester, Press, Crude Oil gutter , Sand Trap Tank, Vibrating Screen, Crude Oil Pump, Digester Feed Conveyor, Fruit Return Conveyor.

1. Pemeriksaan Pendahuluan
Lakukan inspeksi secara visual terhadap electromotor, Gear Box dan kopling apakah dalam keadaan layak operasi level oli di Gear Box Cukup, aligment kopling tepat, Elektromotor tidak bergetar. Dan juga inspeksi visual As utama, Kopling, bagian dalam digester apakah sudah kosong dan tidak ada benda asing, catat kondisi pisau - pisau pengaduk digester dan laporkan jika sudah aus untuk ditindak - lanjuti. Begitu juga dengan kondisi press dan press cake serta bushing As harus dalam kondisi baik.

2. Persiapan Untuk Pengoperasian – Pemanasan
a. Periode Pemanasan sangat penting dilakukan di stasiun press ini agar tingkat temperature untuk proses dapat dicapai secepat mungkin setelah produksi di mulai.
b. Buka seluruh kran By-pass pembuangan kondensat( drain ) Digester, Kemudian kran uap dan biarkan sekitar 2 menit sampai air habis dan steam yang keluar. Tutup kran By-pass dan periksa steam trap apakah dalam kondisi normal.
c. Digester dengan steam yang langsung / injeksi maka kran uap dibuka setelah digester berisi sekitar 2/3.
d. Buka uap untuk Crude Oil Tank di bawah Vibrating Screen.

3. Menghidupkan
Sebelum Press mulai dijalankan, stasiun Depericarper dan Cake Breaker Conveyor sudah harus dijalankan.
a. Hidupkan satu persatu digester pada setiap jalur. Hal ini bertujuan agar pemakaian arus listrik tidak secara mendadak dan Generator mampu manghasilkan daya sesuai dengan kebutuhan dan tegangan stabil.
b. Hidupkan Conveyor Feed Digester.
c. Hidupkan Fruit Return Conveyor, setelah Fruit elevator di jalankan.
d. Crude Oil Pump bekerja dengan memeriksa pelampung otomatis dan tidak secara by-pass.
e. Hidupkan Vibrating Screen.
f. Periksa Katup Oil Gutter yang menuju Vibrating Screen apakah sudah terbuka.
g. Mulai pengisian ke digester dan pastikan pengadukan harus lumat ( + 15 Menit )
h. Jika Digester telah penuh, hidupkan Press.
i. Setelah Press beroperasi, pintu keluar Digester harus terbuka penuh.
j. Kendalikan Cone untuk Hidrolik press secara manual hingga kondisi ampas (press cake ) kering dan keluar merata. Tujuan hal ini untuk mencegah ampas yang keluar dari press basah atau terlalu kering yang dapat mengakibatkan kemacetan pada Press. Biasanya tekanan Hidrolik press sekitar 50 s/d 60 bar dan beban motor dipertahankan sekitar 40 Amp. Buah yang telah di Sterilisasi pada malam sebelumnya biasanya fibernya lebih kering sehingga harus pada posisi manual dan setelah buah segar pada posisi otomatis.
k. Pindahkan Hidrolik Cone dari posisi manual menjadi otomatis.
l. Atur pemasukan air panas ke Press Cage malalui kran Digester harus dijalankan secara berurutan agar sabut yang keluar ke stasiun Boiler secepat mungkin dan untuk pengendalian beban awal listrik dan konsumsi uap. Hal ini tidak perlu dilakukan jika sistem pengenceran nol ( tidak ada pengenceran )
m. Pengisian dan pengoperasian Digester berikutnya setelah selesai pengisian dan pengoperasian satu Digester, begitu seterusnya.

4. Selama Operasi
a. Pastikan Digester selalu penuh( ¾ ) dan minyak cukup mengalir dari Digester.
Hal ini sangat penting, jika digester tidak dapat dipertahankan penuh ( ¾ ) karena ada halangan, maka satu unit digester / press harus di matikan.
1 ). Digester / press tidak boleh beroperasi dalam keadaan tidak penuh( ¾ ) beban Operasi harus berkisar 25 - 35 Amp, Jika keluar dari jangkauan ini harus segera dilaporkan untuk suatu tindakan.
2 ). Kurangnya minyak yang keluar dari digester menunjukkan proses digester atau Sterilizer kurang baik atau temperatur yang kurang.
3 ). Ketinggian buah di Digester menentukan tekanan buah didalam Digester sebagai akibat dari beratnya dan juga pergesekan dengan pisau – pisau pengaduk. Jika Digester tidak dipertahankan penuh( ¾ ), waktu pengadukan menjadi pendek dan tekanan dalam buah berkurang, kombinasi dua faktor ini mengakibatkan proses di Digester tidak baik dan kehilangan minyak( Oil Losses ) yang lebih tinggi.
b. Memastikan pemasukan buah yang telah dilumatkan ke dalam press secara merata.
c. Inspeksi dan atur penambahan air panas dengan melihat Crude Oil di atas Screen, hal ini dilakukan jika Sistem pengenceran dilakukan. Jika tidak ada pengenceran ( sistem pengenceran Nol ) air tidak perlu ditambahkan.
d. Dengan seksama amati keluaran ampas ( Press cake ) dari Cone Press
e. Periksa sistem penggerak jika timbul suara ( Getaran ) yang aneh.
f. Periksa mutu ampas ( Press Cake ) secara teratur untuk memastikan tidak terlalu basah dan tidak terlalu banyak Nut pecah ( Broken Nut ). Target kehilangan minyak diampas dalam basis kering ( OLDB ) adalah < 8,5 % dan basis basah < 5 % (wet basis), sedangkan rasio antara broken Nut dan Total Nut adalah < 15 %.
g. Temperatur didalam Digester harus dipertahankan 800 C - 900 C dengan cara membuka kran uap sesuai dengan keperluan.
h. Beban electromotor press harus tidak boleh melebihi 45 Amp( dipertahankan 40 Amp dalam kondisi normal )
i. Penyamplingan ampas press dengan kertas sampling visual( warna putih ) setiap 1 jam sekali oleh sample boy/operator press untuk mengetahui losses secara visual.

5. Pencatatan
Pencatan yang harus dilakukan :
a. Waktu mulai dan berhenti setiap press sepanjang hari.
b. Pembacaan ampere dari Digester dan Press setiap jam dengan kondisi kerja pada beban yang penuh.
c. Temperature di dalam Digester.
d. Tekanan Hidrolik pada Press

6. Penghentian
a. Lanjutkan Press tetap beroperasi hingga buah yang masuk ke Press habis, Kemudian tutup pintu Digester dan hentikan.
b. Tarik kembali Cone dan buang tekanan serta hentikan pompa Hidrolik.
c. Matikan uap ke dalam Digester.
d. Hentikan Press, tetapi tetap lanjutkan penambahan air panas di Press untuk mencuci semua sisa minyak( Crude Oil ) dari Press, Oil Gutter, sand Trap Tank dan Crude oil Tank.( Pastikan fibre Press cake harus kosong pada screw Press )
e. Crude Oil Pump tetap beroperasi hingga Compartment di Crude Oil Tank kosong, kemudian matikan kran air panas, Matikan semua Isolator Listrik.

7. Garis Panduan Untuk Pengendalian Mutu
a. Pertahankan Digester penuh( ¾ ) sepanjang waktu operasi.
b. Pengeluaran minyak dari Digester harus lancar.
c. Pertahankan temperature didalam Digester sekitar 800 C - 900 C.
d. Pisau - Pisau pengaduk( Stirring Arms ) harus dalam kondisi bagus dan kerenggangan antara ujung pisau dengan dinding harus tidak lebih dari 35 mm.
e. Kehilangan minyak di sabut ( Fibre ) tidak boleh melebihi 8.5% dalam basis kering ( OLDB ). dan < 5 % basis basah ( wet basis / OLDB )
f. Persentase Nut pecah ( Broken Nut ) terhadap total Nut di dalam ampas ( Press cake ) tidak melebihi 15 %.
g. Vibrating Screen harus dalam kodisi bagus untuk :
1 ). Mencegah kelebihan bahan yang terbawa ke Digester, Karena akan mempengaruhi proses Digester, Press dan juga kapasitas olah( Througput).
2 ). Mencegah kegagalan Operasi di Stasiun klarifikasi.

8. Tugas – tugas Operator
a. Memelihara kebersihan mesin dan tempat kerja.
b. Mengoperasikan mesin dengan aman dan benar.
c. Memastikan kapasitas olah dipertahankan.
d. Mencatat operasi mesin seperti, waktu mulai/berhenti, sebab kerusakan, pembacaan ampere electromotor dsb.
e. Menginformasikan kepada Assisten/Mandor yang sedang bertugas jika terjadi kelainan mesin atau kerusakan.
f. Melaksanakan prosedur operasi yang digariskan oleh pimpinan seperti prosedur penghidupan atau penghentian atau melaksanakan intruksi dari Assisten/Mandor yang sedang bertugas.
g. Mempertahankan digester tetap penuh dan drainase minyak secara maksimum.
h. Mempertahankan kualitas ampas ( Press Cake).
i. Sand trap tank harus di drain setiap hari( pagi ) walaupun proses lanjut olah.
j. Karyawan bagian stasiun Press harus tetap berada di stasiun Press pada saat jam kerja kecuali ada keperluan/tugas lain demi kelancaran proses produksi
k. Keutuhan peralatan/perlengkapan kerja di Stasiun Press harus dijaga.

BAB VIII STANDART OPERASI PROSEDUR ( SOP ) STASIUN INCINERATOR

Garis Panduan Dan Prosedur Operasi Untuk Incinerator

1. Pendahuluan :
Attendant harus melakukan pekerjaan dibawah ini minimal satu jam sebelum pengoperasian :
a. Periksa Chut pemasukan apakah bersih dari halangan.
b. Buka pintu – pintu dibagian bawah Incinerator
c. Korek seluruh abu pasir dari dasar Fire Grate sehingga terlihat bara api.
d. Memastikan api membakar dengan merata.
e. Keluarkan seluruh abu dari dalam Incinerator kepelataran agar dingin.
f. Tutup seluruh pintu hingga pengoperasian.

2. Pengoperasian :
a. Jika pabrik telah beroperasi, tandan kosong harus sudah dimasukkan kedalam Incinerator. Seluruh pintu aliran udara di bagian incinerator harus dibuka agar cukup udara untuk mempertahankan pembakaran dan api yang bagus untuk operasi sehari-hari.
b. Selama proses produksi, abu perlu dikorek dari Fire Grate dengan selang waktu yang teratur.
c. Pintu pada lantai bawah dibiarkan terbuka, selama pembakaran tidak besar. Jika terjadi pembakaran besar, Pintu – pintu harus ditutup dan aliran udara harus diatur agar menghasilkan pembakaran yang diperlukan. Asap yang dikeluarkan dari cerobong akan bewarna putih dan sangat besar jika kondisi pembakaran bagus.
d. Abu yang telah digaruk kepelataran masih mempunyai bahan – bahan sisa pembakaran yang harus dibuang. Abu harus disaring/diayak agar sisa tandan yang tidak terbakar dapat dipisahkan, setelah itu dimasukkan kedalam kantong dan seterusnya ditumpuk dengan rapi dan dicatat dalam stok.
e. Kantong – kantong harus tetap sekering mungkin dan jauh dari sinar matahari dan tempias dari air.

3. Penghentian :
a. Apabila tandan kosong telah dihentikan, seluruh pintu Incinerator harus ditutup untuk memastikan terjadi pembakaran yang lambat sepanjang malam.
b. Pada periode musim puncak, perlu dikendalikan jumlah udara dengan tujuan memastikan isi Incenerator terbakar habis sepanjang malam.

4. Tugas – Tugas Yang Harus Dilakukan :
a. Tetap menjaga kebersihan tempat kerja setiap waktu
b. Memastikan seluruh abu dikorek dari Fire Grate sepanjang produksi.
c. Memastikan api terbakar dengan benar dan udara dikendalikan
d. Membuang tangkai dan mencatat abu yang telah dikarungkan sesuai dengan Instruksi yang telah digariskan.
e. Memastikan seluruh Abu telah dikarungkan setiap akhir shift dan keadaan lingkungan sekitar bersih.
f. Melaporkan kepada Assisten/Mandor yang bertugas jika ada ketidak normalan.
g. Melaksanakan setiap instruksi yang diberikan oleh Assisten/Mandor yang bertugas.
h. Karyawan bagian stasiun Incenerator harus tetap berada di stasiun Incenerator pada saat jam kerja kecuali ada keperluan lain demi kelancaran proses produksi
i. Keutuhan Peralatan/perlengkapan kerja di Stasiun Incenerator harus dijaga.

BAB VII STANDART OPERASI PROSEDUR ( SOP ) STASIUN THRESHING

Garis Panduan Dan Prosedur Operasi Stasiun Threshing

1. Menjalankan
Menjalankan Stasiun Threshing sangat erat hubungannya dengan stasiun Digester dan Press. Oleh karena itu, jika digester telah dijalankan, prosedur yang harus dilakukan adalah :
a. Jalankan Inclained Empty Bucnh Conveyor
b. Jalankan Horizontal Empty Bunch Conveyor
c. Jalankan Top Fruit Conveyor, setelah digester feed conveyor dijalankan.
d. Jalankan Fruit Elevator
e. Jalankan cross bottom conveyor no 1 & 2
f. Jalankan Conveyor Under Threshing Drum
g. Jalankan Mesin Double Threshing

2. Menghentikan
a. Prosedur untuk menghentikan adalah berlawanan dengan prosedur menjalankan.
b. Sebelum Auto feeder dihentikan hopper harus dalam keadaan kosong dan bersih terhadap sisa brondolan.
Mesin Threshing masih tetap berjalan sampai tidak ada lagi tandan kosong yang di buang. Dalam keadaan berhenti, Semua isolator listrik harus dalam keadaan posisi mati ( Off )
c. Sisa - sisa brondolan di sudut – sudut Auto Feeder harus dikorek dan dibersihkan.

3. Selama Operasi
a. Pengisian tandan buah ke dalam Thresher harus secara merata. Hal ini untuk meminimalkan kelebihan beban pada thresher dan juga mengurangi kehilangan minyak melalui tandan kosong. Pada saat thresher kelebihan beban, sebagian besar jeruji mesin Stripper tersumbat oleh tandan, sehingga banyak yang keluar bersama tandan kosong. Dan juga pada saat itu, kontak antara tandan kosong dengan buah semakin sering yang mengakibatkan semakin banyak minyak yang diserap. Pada keadaan kelebihan beban, Efesiensi perontokkan juga berkurang dan kehilangan minyak banyak terjadi melalui buah yang tidak lepas dari tandannya.
b. Pemeriksaan visual yang tetap terhadap tandan kosong yang keluar dari Thresher harus terus dilakukan. Hal ini untuk mengetahui apakah stasiun Sterilizer dan Thresher telah berfungsi dengan baik dan benar dan juga kualitas TBS. Operator harus memeriksa setiap jam keadaan tandan yang tidak terontokan ( USB ) dan juga harus memastikan hal ini dilaksanakan dengan benar dan dicatat setiap hari.
c. Tandan yang tidak terontokan ( USB = Unstripped Bunch ) adalah setiap Tandan yang 5 ( lima ) atau lebih brondolan masih melekat ( tidak lepas ) dari tandannya setelah keluar dari thresher.

4. Garis Panduan dan Pengendalian Mutu
a. Pemasukkan tandan buah ke mesin Thresher harus secara taratur, terus menerus dan merata selama proses produksi, pengendalian Auto Feeder untuk menghasilkan kapasitas olah ( Troughput ) yang diinginkan.
b. Persentasi dari tandan yang tak terontokkan ( USB ) harus dipantau dan tidak melebihi 2.5 % dari total TBS yang diproses.

5. Pencatatan
Jumlah lori buah yang diangkat setiap jam harus dicatat oleh operator crane selama produksi, angka ini kemudian diserahkan kepada Assisten/Mandor pada akhir giliran ( Shift ).

6. Tugas – Tugas Operator :
a. Mempertahankan kebersihan peralatan dan mesin serta tempat kerja.
b. Mengoperasikan mesin dengan aman dan benar sepanjang waktu.
c. Memastikan aliran buah berjalan lancar melalui mesin/peralatan sepanjang waktu sesuai dengan kapasitas olah.
d. Menjaga semua catatan yang berhubungan dengan mesin/peralatan seperti waktu mulai dan berhenti, alasan mengapa terjadi keterlambatan, pengangkatan oleh crane dan sebagainya.
e. Melaporkan kepada Assisten/Mandor yang bertugas jika terjadi kerusakan atau kelainan mesin.
f. Melaksanakan prosedur operasi sebagaimana telah digariskan oleh pimpinan atau instruksi yang diberikan oleh Assisten/Mandor.
g. Memastikan tandan yang tak terontokkan dihitung dan di catat.
h. Karyawan bagian stasiun Threshing harus tetap berada di stasiun Threshing pada saat jam kerja kecuali ada keperluan/tugas lain demi kelancaran proses produksi
i. Keutuhan Peralatan/perlengkapan kerja di Stasiun Thresing harus dijaga.

BAB VI STANDART OPERASI PROSEDUR ( SOP ) STASIUN HOISTING CRANE

Garis Panduan dan Prosedur Operasi Stasiun Hoisting Crane.

1. Cara kerja :
a. Persiapan untuk start harus melakukan pengecekan peralatan Hoisting Crane seperti, kondisi hoisting crane, kabel dan seling hoisting crane, auto feeder.
b. Mengangkat lorry ke auto feeder.
c. Kerja sama dengan petugas rantai ( Rail track )
d. Menunggu tanda dari petugas rantai ( Rail track ) untuk mengangkat lorry.
e. Melakukan pengangkatan agar rantai bisa tepat pada cincin lorry.
f. Menunggu tanda kedua dari petugas rantai ( Rail track ) untuk mengangkat lorry secara sempurna.
g. Mengangkat dengan sempurna dan meningkatkan kecepatan hingga lorry mencapai ketinggian maksimal.
h. Mengarahkan lorry ke auto feeder.
i. Menempatkan lorry pada posisi yang benar di atas auto feeder.
j. Membalikkan lorry secara perlahan-lahan hingga benar - benar terbalik.
k. Mengembalikan lorry pada posisi benar.
l. Mengembalikan lorry setelah lorry stabil.
m. Menempatkan lorry dengan tepat diatas rail
n. Menurunkan lorry kosong ke rail
o. Bekerja sama dengan petugas rantai ( Rail track )
p. Memperlambat lorry sebelum mencapai ketinggian badan petugas rantai( Rail track )
q. Membiarkan petugas rantai untuk memegang lorry agar lebih mudah untuk di stabilkan.
r. Menunggu tanda dari petugas rantai sebelum di letakan di atas rail
s. Menurunkan lorry secara sempurna
t. Memastikan bahwa rantai sudah di lepaskan dari cincin.
u. Melepaskan rantai untuk pengangkatan lorry berikutnya.
v. Menurunkan rantai apabila lorry sudah ditempatkan pada posisinya
w. Menjaga kebersihan pabrik pada waktu pabrik tidak prosess harus bekerja sama dengan petugas stasiun rantai( Rail track ) untuk membersihkan hoisting crane dan plat form.
x. Dilarang berdiri atau lalulalang di bawah hoisting crane/pada saat hoisting crane operasi karena hal ini sangat berbahaya.
2. Pencatatan :
a. Waktu menghidupkan dan menghentikan mesin
b. Pencatatan setiap lori yang diangkat ( diolah ) dalam lembar kerja ( log sheet ).

3. Tugas - Tugas Operator
a. Tetap memelihara kebersihan mesin-mesin di lingkungan kerja.
b. Memastikan pengoperasian Hoisting crane dengan benar.
c. Memastikan berapa lori yang harus terangkat setiap jamnya.
d. Tetap melakukan pencatatan seperti waktu menghidupkan dan menghentikan hoisting crane.
e. Memberitahukan kepada Assisten/Mandor yang bertugas jika terjadi gangguan atau kerusakan mesin.
f. Melaksanakan Standart Operasi Prosedur yang telah di gariskan oleh pimpinan seperti prosedur menghidupkan dan menghentikan dan juga Instruksi yang spesifik di berikan oleh Assisten/Mandor yang bertugas.
g. Karyawan bagian stasiun Hoisting Crane harus tetap berada di stasiun Hoisting Crane pada saat jam kerja kecuali ada keperluan/tugas lain demi kelancaran proses produksi.
h. Keutuhan Peralatan/perlengkapan kerja di Stasiun Hoisting Crane harus dijaga.

BAB V STANDART OPERASI PROSEDUR ( SOP ) STASIUN STERILIZER

Garis Panduan dan Prosedur Operasi Sterilizer

1. Urutan (sequencing)
a. Pengoperasian Sterilizer dengan urutan yang benar sangat penting, dengan maksud pergerakan lori masuk dan keluar berjalan dengan mulus dan juga agar uap panas( steam ) digunakan secara eficien dan tidak terjadi pemakaian uap mendadak yang mana akan mengakibatkan ketel uap( Boiler ) mengalami kelebihan beban dan membuat siklus sterilisasi terganggu pada saat terjadi penggunaan uap yang rendah.
b. Urutan operasi seperti dibawah ini :
* Instalasi dengan 3 sterilizer : 1 : 3 : 2
Instalasi ini digunakan supaya adanya ruang yang lebih luas pada saat bekerja oleh operator rebusan dan operator rail track pada saat pengangkatan lori di sta Hoisting crane.
c. Saat pembukaan katup pemasukkan uap kedalam sterilizer sangat penting dan sedapat mungkin terkendali sesuai dengan siklus.

2. Pemasukkan Lori ( Charging )
a. Lori yang masuk kedalam sterilizer harus dimasukkan dengan menggunakan Capstan / Winch dan operator harus memastikan kaitan( hook ) antara lori satu sama lain telah dipasang dari setiap sterilizer memuat 12 lori.
b. Penyusunan lori yang berisi USB tidak boleh di tengah – tengah rebusan( bisa didepan atau dibelakang posisinya) karena dikhawatikan akan menyumbat pipa exhaust pada saat buang udara dan perebusan menjadi tidak maksimal.
c. Lori buah yang masak harus dikeluarkan terlebih dahulu dengan menggunakan capstan / winch, setelah itu baru lori yang belum masak dimasukkan.
Waktu pengosongan sterilizer harus kurang dari 15 menit( distribusi keluar masuk rebusan lebih cepat lebih baik ).
d. Setiap lori yang jatuh didepan sterilizer harus ditangani dengan hati – hati dan operator harus melaporkan hal ini kepada Assisten / mandor.
e. Lori harus dipastikan lurus supaya tidak nabrak sterilizer.
Apabila ada lori yang sudah lebar/rusak perlu perhatian khusus bagi op rebusan berkoordinasi dengan op rail track untuk memarkirkan lori tersebut supaya adanya perbaikan oleh pihak maintenance

3. Prosedur Operasi
a. Memasukkan
1). Sterilizer dalam keadaan kosong dan satu rebusan lori TBS telah siap untuk dimasukkan.
2). Tekanan uap di dalam sterilizer nol dan pintu dalam keadaan terbuka.
3). Katup pemasukkan uap ( Steam Inlet Valve ) dalam keadaan tertutup.
4). Katup pelepasan uap ( Steam Exhaust Valve ) dalam keadaan terbuka.
5). Katup condensate dan kran by pass dalam keadaan terbuka.
6). Kran pengaman pintu dalam keadaan terbuka.
7). Lori TBS dimasukkan ke dalam sterilizer.
b. Perebusan( Sterilizing )
1). Lori berisi TBS telah berada didalam sterilizer.
2). Tutup pintu sterilizer dan dikunci sampai indikator jatuh.
3). Tutup kran pengaman pintu.
4). Tutup katup pelepasan.
5). Buka secara perlahan-lahan katup pemasukkan uap.
6). Ketika tekanan uap mencapai 15 psi (± 1 kg/cm2 ) tutup katup kondensat. Hal ini jika dilakukan secara manual, apabila secara otomatis, maka pembukaan & penutupan katup sesuai dengan waktu yang diprogram.
7). Tekanan uap induk harus tetap pada 40 psi (± 2.7 kg / cm2 ). Apabila tekanan uap di rebusan tidak tercapai dan berkisar dibawah 2.7 kg / cm2 maka dilakukan penambahan masa tahan 10 menit sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
8). Masa perebusan biasanya sekitar 85 s/d 90 menit dan tergantung juga dari kualitas TBS. Apabila TBS restan perebusan berkisar antatra 70 s/d 75 menit.
9). System perebusan yang dipakai adalah Triple peak( tiga Puncak )

Tetapi apabila kondisi tekanan uap yang dihasilkan oleh boiler tidak mencukupi / kecenderungan steam kurang maka dipakai sistem Double peak( dua puncak ) supaya kapasitas olah( Througput) tercapai sehingga proses berjalan lancar dan maksimal.
c. Pengosongan ( Blow off )
1). TBS telah direbus selama kurang lebih 85 s.d 90 menit.
2). Tutup katup pemasukan uap.
3). Buka katup kondensat.
4). Buka katup pelepasan ( Exhaust Valve ) dan kosongkan uap.
5). Pada saat manometer menunjukkan nol, buka kran pengaman pintu.
6). Jika uap sudah tidak keluar dari kran pengaman pintu, buka pintu perlahan - lahan. Perhatian yang besar harus dilakukan pada saat pembukaan pintu dan operator harus berdiri dalam jarak yang aman untuk menghindari ayunan pintu. Jangan berdiri dibelakang pintu.
7). Tarik keluar lori yang berisi TBS yang telah direbus dengan Capstand/Winch.

4. Deaerasi dan pembuangan kondensat.
a. Deaerasi sangat penting dilakukan agar udara dingin dapat keluar dari sterilizer. Hal ini memungkinkan diperolehnya temperatur tertinggi pada saat tekanan sterilisasi.
b. Pelepasan kondensat sangat penting dengan tujuan :
1). Mencegah korosi yang berlebihan pada sterilizer dan lori
2). Mencegah banjir( Flooding ) didalam Sterilizer yang akan menyebabkan :
a). Menyebabkan rusaknya bearing / bushing roda lori.
b). Mempengaruhi perpindahan panas dan sterilisasi TBS pada bagian bawah lori .
c). Mencuci minyak pada permukaan buah sehingga meningkatkan kehilangan minyak( Oil losses).
d). Membahayakan operator pada saat membuka pintu.

5. Mulai proses pagi hari
a. TBS yang telah direbus harus tetap dibiarkan semalam di dalam sterilizer agar proses pagi hari dapat dimulai dan proses produksi dapat dipercepat sekitar 1 jam. Oleh karena diperlukan 3 rebusan yang di biarkan didalam sterilizer jika proses produksi telah selesai pada malam hari.
b. Prosedur yang dilakukan sebagai berikut :
1). Pada penghentian produksi, sterilisasi TBS yang akan dimalamkan harus tetap diselesaikan, setelah itu kondensat harus dibuang sesuai dengan prosedur normal. Pintu harus dibuka di longgarkan kuncinya dan dibiarkan dalam keadaan tersebut. Hal ini untuk mencegah terjadinya kevakuman didalam sterilizer. Jika sterilizer dilengkapi Vaccum Breaker, pintu tidak perlu dilonggarkan.
2). Pagi hari, sterilizer harus ditutup dan buah harus diberi uap selam 20 menit sebelum dikeluarkan selama periode pemanasan, drain harus cukup terbuka untuk mengeluarkan kondensat.
3). Setelah buah dikeluarkan, pabrik siap untuk beroperasi. Program sterilisasi setiap hari harus dimulai dengan siklus pada sterilizer pertama.

6. Akhir siklus sterilisasi
a. Plat saringan( Strainer ) didepan Sterilizer harus digaruk dan dibersihkan, setiap brondolan dan tandan harus dibuang ketempat pembuangan / dimasukkan kedalam lori kosong.
b. Ring pintu harus diperiksa dan tetap bersih.
c. Brondolan / sampah harus di buang dari pintu dan kerangkanya.

7. Pembersihan Harian
a. Bersihkan kotak / parit di depan Sterilizer dari brondolan dan tandan.
b. Periksa dan bersihkan packing pintu dan landasannya.
c. Periksa dan bersihkan setiap Strainer dan pastikan pipa saluran kondensate tidak tersumbat.

8. Garis panduan Untuk Pengendalian Mutu Dan Kapasitas Olah :
a. Tekanan uap harus tetap sepanjang waktu.
b. Pembuangan udara dan kondensat yang benar harus dipertahankan.
c. Sterilizer harus dioperasikan sesuai dengan urutan.
d. Keterlambatan pengisian lori dan lori yang keluar dari rel seminimal mungkin.
e. Tandan yang tak terontokkan ( USB ) tidak melebihi 2.5 %.

9. Pencatatan :
a. Pencatatan sterilizer sangat penting untuk mengetahui kapasitas olah selama masa produksi. Waktu perebusan harus di catat di log sheet tulis yang telah disediakan dan disalin kelembar kerja pada akhir shift untuk diserahkan kepada Assisten/ Mandor.
b. Grafik Sterilizer harus tetap dalam kondisi baik dan pencatatan siklus harus tetap dipertahankan. Kertas grafik harus diganti sebelum proses produksi dimulai pada pagi hari.

10. Tugas – Tugas Operator :
a. Mengopersikan mesin secara aman dan benar.
b. Memastikan kapasitas olah( Troughput ) maksimal.
c. Menjaga peralatan pencatat( Pressure Recorder )
d. Menginformasikan kepada Assisten / mandor yang bertugas setiap ada kelainan mesin atau kerusakkan.
e. Melaksanakan prosedur operasi sesuai yang digariskan pimpinan seperti prosedur menjalankan dan menghentikan atau instruksi yang di berikan oleh Assisten / mandor yang bertugas.
f. Tetap menjaga kebersihan di stasiun sterilizer
g. Keutuhan Peralatan / perlengkapan kerja di Sta Sterillizer harus dijaga.

PERINGATAN : KESELAMATAN DI STASIUN STERILIZER HARUS DIPERHATIKAN SUNGGUH – SUNGGUH .
90 % KEJADIAN YANG FATAL DIPABRIK KELAPA SAWIT TERJADI PADA STASIUN STERILLIZER.

BAB IV STANDART OPERASI PROSEDUR ( SOP ) STASIUN LOADING RAMP

Garis panduan dan prosedur operasi loading ramp

Cara kerja :
1. Operator harus bisa bekerja sama dengan petugas sortasi dan memastikan TBS yang dibongkar dilantai dibongkar ditempat yang aman dan petugas sortasi segera menghubungi operator alat berat jika sortasi telah selesai agar di masukkan ke dalam hopper.
2. Jika dalam kondisi panen puncak, dimana TBS yang di bongkar di atas lantai, maka operator bekerjasama dengan petugas sortasi harus mengatur pembongkaran tersebut dan memastikan ada jalan untuk alat berat agar dapat mendorong TBS masuk ke hopper.
3. Brondolan dan tandan yang berada di lantai harus segera di masukkan ke dalam Hopper agar tidak terlindas oleh kendaraan yang mengakibatkan luka. Bagian atas hopper harus tetap bersih sepanjang waktu, operator yang bertugas bekerjasama dengan petugas sortasi harus tetap memastikan hal ini telah dilaksanakan
4. TBS harus dimasukkan ke dalam loading ramp terkontrol secara hati – hati, Hopper harus diisi agar tidak ada kekosongan sepanjang operasi dan pengisian harus berurutan dari pintu ke pintu.
5. TBS harus dimasukkan ke dalam lori berdasarkan yang pertama masuk harus pertama keluar( FIFO = First In First Out ). Jika pengisian loading ramp terkendali maka pengeluarannya juga harus terkendali. Operator harus memastikan pengisian lori tidak terselang – seling dan siklus tersebut harus di ulang secara terus menerus sepanjang operasi.
6. Pengisian dan pengosongan yang terkendali akan mencegah bertumpuknya TBS yang dapat menimbulkan naiknya tingkat ALB/ Asam lemak bebas( FFA = Free Fatty Acid ). TBS yang menumpuk akan menyebabkan terjadinya akumulasi panas akibat dari aktivitas kimiawi dari dalam buah.
7. Lori buah harus diisi sepenuh mungkin dengan tidak menghambat / tersangkut didalam sterilizer. Lori yang tidak penuh akan mengurangi kapasitas sterilizer yang mengakibatkan rendahnya kapasitas olah( Througput ) pabrik.
Pengisian janjangan ke dalam lori apabila terdapat berondolan maka dalam satu lori berondolan diisikan ¼ lori dan janjangan diisikan ¾ lori.
8. Pemasukkan dan pemindahan lori dari dan kedalam sterilizer harus dilakukan dengan memakai Capstand / Winch.
Lori ditarik berdasarkan kekuatan / kapasitas capstand( 40 ton hanya bisa menarik 1 rebusan = 12 lori berisi TBS/30 ton tidak boleh lebih dan tidak boleh dipaksakan karena akan mengurangi umur mesin dan kabel seling cepat putus) dengan operator memberikan tanda berupa aba – aba tangan/suara apabila akan dijalankan untuk menghindarkan kecelakaan kerja.
9. Lori harus tetap dalam kondisi bagus dan diperbaiki secara teratur.
Faktor terpenting yang harus diperhatikan adalah jarak main (pergeseran) proses roda lori tidak boleh melebihi 6 mm karena hal ini akan menyebabkan kasus lori keluar dari rel. Lori keluar dari rel berarti kehilangan waktu yang berpengaruh terhadap kapasitas sterilizer yang berkelanjutan dengan kapasitas giling pabrik ( throughput ).
10. Jumlah lori harus cukup untuk kepentingan proses produksi setiap saat. Hal penting yang diperlukan adalah lori yang telah terisi sedikitnya 2 Rebusan di depan sterilizer yang siap dimasukkan sebelum siklus perebusan buah selesai dan telah dikeluarkan dari sterilizer.
11. Lori yang keluar dari rel harus dikembalikan ke rel dengan menggunakan dongkrak atau pengangkat. Lori tersebut tidak boleh didorong atau ditarik dengan paksa kembali rel karena hal ini akan menghancurkan lantai beton dan akan merusakkan roda lori atau rell.
12. Berondolan dan tandan yang terlempar keluar pada saat pemasukan ke lori tidak boleh berserakan dan harus segera dibersihkan dan dimasukkan kedalam lori.
13. Sampah yang ada di loading ramp harus selalu dibuang ke tempat pembuangan jangan sampai ikut dimasukkan kedalam lori dan brondolan yang telah dipisahkan dari sampah harus dipastikan dimasukkan kedalam lori untuk direbus.
14. Kebersihan daerah loading ramp harus tetap terjamin, brondolan, tandan, sampah harus segera dibersihkan setelah habis proses produksi.
15. Karyawan bagian stasiun loading ramp harus tetap berada di stasiun loading ramp pada saat jam kerja kecuali ada keperluan lain demi kelancaran proses produksi
16. Keutuhan peralatan / perlengkapan kerja di Stasiun Loading Ramp harus dijaga.

BAB III STANDART OPERASI PROSEDUR ( SOP ) STASIUN SORTASI

Garis Panduan dan Prosedur Operasi Sortasi

1. Persiapan Kerja

a. Pastikan peralatan kerja untuk sortasi cukup seperti :
 Kapak
 Tojok
 Sekop
 Sapu lidi
b. Semua pekerja yang bekerja dibagian sortasi harus mengetahui dan mengerti Rendement TBS secara visual.
c. Semua pekerja diwajibkan memakai perlengkapan kerja seperti( sepatu boot dan helm )
d. Semua pekerja harus jujur dan bertanggung jawab atas semua perbuatan dan akibat yang ditimbulkan selama melakukan sortiran.
e. Melaporkan semua kecurangan dan kecurigaan yang terjadi selama melakukan sortasi kepada assisten sortasi.

2. Sortasi TBS

Prosedur melakukan sortasi dengan benar sebagai berikut :
a. Mobil TBS sebelum disortasi harus lapor terlebih dahulu kepada security untuk pengantrian penimbangan sesuai dengan nomor urut mobil masuk dan menyerahkan surat pengantar dari supplier.
b. Penimbangan mobil diatur dengan pengaturan 5 mobil sekali naik untuk disortasi atau beradasarkan perintah langsung dari Assisten sortasi dengan penimbangan bergantian dan pada saat penimbangan pertama sopir harus turun ( didalam mobil tidak boleh ada orang ).
c. Masukkan data penimbangan pertama sebagai berikut :
 Nama supplier
 No. Polisi
 Tanggal
 No. Tiket Timbangan
 Berat Bruto
 Jam masuk dan jam keluar
d. Setelah penimbangan pertama selesai selanjutnya sopir TBS diberikan grading form untuk selanjutnya membawa TBS yang diangkut untuk disortasi di loading Ramp.
e. Selanjutnya sopir TBS menyerahkan grading form kepada petugas sortasi yang akan mangatur dimana mobil TBS akan di sortasi dan dibongkar.
f. Petugas sortasi menerima grading form dan mencocokkan SPB yang masuk dengan kwalitas TBS yang akan disortasi.
g. Pelaksanaan sortasi
Mobil TBS masuk ke area sortasi dan TBS siap di sortasi yang dilaksanakan minimal 2 ( dua ) orang untuk setiap 1 ( satu ) mobil TBS.
h. Melaksanakan sortasi sesuai dengan kriteria sebagai berikut :
 TBS Mentah
 TBS sakit ( abnormal ) diatas 30%
 Tandan kosong
 TBS kecil ( dibawah 5 kg )
 TBS campur pasir
i. Menyetop pembongkaran TBS dan melaporkan kepada Assisten/Mandor apabila mendapati TBS yang tidak sesuai dengan Kriteria aturan sortasi.
j. Memeriksa, membandingkan, menganalisa dan mengisi grading form sortasi dengan baik dan benar.
k. Mencatat hasil pengisian grading form kedalam buku di sortasi.
l. Melaporkan kecurangan dan kecurigaan yang terjadi ditempat sortasi kepada Assisten sortasi.
m. Melakukan pengaturan sortasi dengan System FIFO ( First in first out )
n. Setelah selesai sortir selanjutnya grading form ditandatangani oleh Mandor/ Operator/Krani/Assisten serta supplier atau sopir mobil TBS.
o. Selanjutnya sopir TBS diperkenankan meninggalkan tempat sortasi dengan membawa grading form dan melakukan penimbangan kedua, dan saat penimbangan sopir harus turun dari mobil dan menyerahkan Grading form kepada petugas timbangan untuk melakukan penghitungan terhadap TBS yang telah disortasi sesuai dengan grading form.
p. Setelah penimbangan kedua dan administrasi penimbangan telah selesai sopir sudah dapat diperkenankan untuk meninggalkan PMKS PT. Angso Duo Sawit.

3. Kriteria Penerimaan TBS

a. Buah Plasma ( Jenis Tenera )
 Plasma I : Buah ini besar harus sama/rata tanpa dura
 Plasma II : Buah ini besar tidak harus sama/rata, Toleransi dura 10 %
Potongan 1.5 % keatas

b. Buah Kebun Pribadi ( Buah ini harus segar dengan toleransi dura 50 % )
 Ukuran 16 Kg keatas
 Ukuran 11 Kg keatas
 Ukuran 6 Kg keatas
Potongan wajib 2.5 % keatas.
c. Buah masyarakat ( Buah ini adalah buah campur dengan toleransi dura 40 % )
 Ukuran 16 Kg keatas
 Ukuran 11 Kg keatas
 Ukuran 6 Kg keatas
Potongan wajib 3.5 % keatas

Catatan :

 Buah Mentah : Buah yang mempunyai daging buah bewarna hijau atau kuning pucat tanpa ada warna orange.
 Buah Sakit : Buah dengan kondisi brondolan yang besarnya tidak rata dan brondolan kecil-kecil bewarna hijau atau kuning pucat.

4. Kebersihan dan pelayanan

a. Menjaga dan memelihara agar stasiun sortasi dalam keadaan bersih pada saat masuk dan pulang kerja.
b. Menjaga dan memelihara peralatan kerja agar selalu tersusun rapi dan di simpan di tempat yag telah disediakan.
c. Memberikan layanan dan informasi yang benar kepada supplier TBS/Sopir TBS di saat sortasi sedang berlangsung.